http://dapalan.com/JbCq
SYETANPUN HAPAL AYAT KURSI
Kita semua meyakini bahwa ayat kursi apabila dibaca maka syetan lari
terbirit-birit berdasarkan beberapa hadist dan riwayat namun tidak semua orang
mau me-riset apakah benar syetan itu lari ketika dibacakan ayat Kursi? Dan
apakah ayat Kursi yang kita bacakan sudah memenuhi persyaratan yang diperlukan
agar setan bisa hilang? Tentu pertanyaan ini tidak harus dijawab namun yang
lebih penting tahukah anda bahwa syetan pun hapal ayat Kursi? Lho kok bisa?!
ini bukan cerita khayalan akan tetapi memang fakta yang terjadi di zaman nabi
berikut kisahnya:
Abu Hurairah RA bercerita : Suatu hari Rasulullah SAW menugaskanku untuk
menjaga harta zakat pada bulan Ramadhan. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki
melihat-lihat makanan dan langsung mengambilnya. Aku lalu menegurnya, “Jangan
dulu mengambil, sebelum kusampaikan tentangmu kepada Rasulullah”.
Laki-laki itu menjawab, “Aku sudah berkeluarga dan saat ini betul-betul
membutuhkan makanan untuk mereka”. Mendengar itu aku akhirnya mengizinkan dia
mengambil makanan itu.
Ketika pagi tiba, Rasulullah bertanya, “Wahai Abu Hurairah, apa yang kau
lakukan kemarin?”
Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, seorang laki-laki mengadukan kesusahan
keluarganya dan dia memohon harta zakat pada saat itu juga, lalu aku
persilahkan dia mengambilnya”.
Rasulullah SAW bersabda kembali, “Dia telah mengelabuimu, wahai Abu Hurairah,
dan besok akan kembali lagi”.
Karena tahu dia akan kembali lagi, keesokan harinya aku mengawasi secara teliti
dan ternyata betul apa yang disampikan Rasulullah, dia telah berada di ruang
harta zakat sambil memilih-milih harta zakat yang terkumpul lalu ia
mengambilnya.
Melihat itu, aku berkata kembali, “Jangan kau ambil dulu harta itu sampai ada
izin dari Rasulullah SAW”.
Laki-laki itu menjawab, “Aku betul-betul sangat membutuhkan makanan itu
sekarang, keluargaku kini sedang menunggu menahan lapar. Aku berjanji tidak
akan kembali lagi esok hari.” Mendengar itu, aku merasa kasihan dan akhirnya
aku persilahkan kembali dia mengambil harta zakat.
Keesokan harinya Rasulullah bertanya kembali, “Apa yang kau lakukan kemarin,
wahai Abu Hurairah?”
Aku menjawab, “Orang kemarin datang lagi dan meminta harta zakat. Karena
keluarganya sudah lama menunggu kelaparan, akhirnya aku kembali mengizinkan dia
mengambil harta zakat tersebut.”
Mendengar itu, Rasul bersabda kembali, “Dia telah membohongimu dan besok akan
kembali untuk yang ke tiga kalinya.”
Besoknya ternyata laki-laki itu kembali lagi. Seperti biasanya, dia mengambil
harta zakat yang telah terkumpul di dalam gudang. Melihat itu, kembali aku
menegur, “Janan mengambil dahulu, aku akan memohon izin kepada Rasulullah SAW
terlebih dahulu. Bukankah kau berjanji tidak akan kembali lagi, tapi kenapa
kini kembali juga?”
Laki-laki itu menjawab, “Izinkanlah untuk terakhir kalinya aku mengambil harta
zakat ini dan sebagai imbalan aku akan ajarkan kepadamu sebuah kalimat yang
apabila kamu membacanya, Allah akan selalu menjagamu dank au tidak akan
disentuh dan didekati oleh setan sehingga pagi hari”.
Aku tertarik dengan ucapannya. Aku pun menanyakan kalmat apa itu. Dia menjawab,
“Apabila kau hendak tidur, jangan lupa membaca Ayat Kursi terlebih dahulu
karena dengannya Allah akan menjagamu dan kau tidak akan didekati setan hingga
pagi tiba.” Kali inipun aku mengizinkannya mengambil harta zakat.
Keesokan harinya Rasulullah kembali menanyakan apa yang telah kulakukan kemarin
dan kukatakan, “Ya Rasulullah, aku terpaksa membolehkannya kembali mengambil
harta zakat setelah dia mengajarkanku kalimat yang sangat bermanfaat dan
berfaedah.”
Rasul bertanya, “kalimat apa yang diajarkannya?”
Aku menjawab bahwa dia mengajarkan ayat Kursi dari awal sampai akhir dan dia
katakana bahwa kalau aku membacanya Allah akan menjagaku sampai pagi hari.
Rasulullah SAW lalu bersabda,”Kini apa yang dia sampaikan memang betul namun
tetap saja dia sudah berhasil mengelabuimu dengan mengambil harta zakat.
Tahukah kau siapa laki yang mendatangimu tiga kali itu?”
Aku menjawab, “Tidak, aku tidak tahu”
Rasulullah SAW kembali bersabda, “Ketahuilah, dia itu setan.” (HR. Bukhari)
Berbicara tentang syetan memang tidak akan habis-habisnya karena memang dari
zaman Nabi Adam sampai sekarang syetan selalu menjadi simbol perlawanan bagi
manusia terhadap kejahatan. Kalau malaikat merupakan simbol kebaikan maka
sebaliknya syetan merupakan symbol kejahatan. Kalau menyimak pengalaman salah
seorang sahabat Nabi bernama Abu Hurairah yang diperdaya oleh syetan yang
berwujud manusia seperti yang diceritakan dalam tulisan Syetan pun Bisa Hapal
Ayat Kursi, padahal Abu Hurairah itu sedang menjalankan perintah Nabi yaitu
menjaga harta zakat sudah pasti merupakan bagian dari ibadah lalu bagaimana
dengan kita yang hidup di zaman 1400 tahun setelah Nabi, tentu akan lebih mudah
lagi diperdaya. Pernahkah kita berfikir jangan-jangan kita telah berulang kali
berhubungan dengan syetan tanpa kita sadari atau bisa jadi syetan telah lama
bersemayam dalam diri kita juga tanpa kita sadari.
Pepatah lama mengatakan, “Jari telunjuk lurus jari kelingking berkait”, saya
lupa persis pepatah tersebut kalau salah kata-katanya tolong dikoreksi, inti
nya kita sering kali dengan mudah menuduh orang lain berbuat salah karena sifat
dasar manusia itu tidak mau disalahkan, jarang sekali manusia mau mengoreksi diri
sendiri, memperbaiki kesalahannya. Tidak ada manusia yang mengatakan, “Dalam
diri saya masih banyak Syetannya” pasti dengan mudah kata-kata yang di ucapkan
adalah, “kamu itu syetan” atau “kamu penyembah syetan” dan lain-lain kata yang
tidak mengenakkan. Seperti hal nya seseorang yang telah mengirim email kepada
saya, mula-mula berkenalan, namun setelah mengetahui bahwa antara saya dengan
dia berbeda Mursyid dengan serta merta dia menasehati menuduh saya, “hati-hati
anda disesatkan oleh Iblis”.
Saya mengucapkan terimakasih karena telah mengingatkan saya, mudah-mudahan atas
do’a dan kasih sayang Guru saya yang terus menerus membimbing dan menuntun saya
semoga Allah akan selalu menjagakan hati yang lemah ini agar tetap lurus dan
tidak tersesat. Kalau yang menulis email kepada saya membaca tulisan ini semoga
juga akan terbuka hati nya bahwa di dunia ini Mursyid tidak harus satu dan kita
tidak mungkin memaksakan seluruh manusia untuk ber Mursyid kepada satu orang
karena begitu banyak nya manusia yang ada dimuka bumi ini. Diperlukan kearifan
dan kebijaksanaan kepada kita semua untuk bisa menerima perbedaan, baik
dikalangan sesama pengamal Tarekat maupun diluar Tarekat demi memperkuat tali
persaudaraan sesama muslim sebagai mana yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
Sufi Muda hadir bukan untuk mengatakan bahwa Mursyid saya yang paling benar dan
Mursyid lain salah. Sufi Muda hadir sebagai jembatan penghubung diantara sesama
pengamal tasawuf, sesama pengamal Tarekat, sebagai media untuk bisa saling
tukar pikiran dan mudah-mudahan bisa saling berbagi kasih sayang yang merupakan
ajaran pokok tasawuf yaitu cinta kepada Allah dan cinta kepada sesama
makhluk-Nya. Kalau pun saya mengatakan bahwa Guru saya adalah hebat itu
merupakan hal yang wajar, sudah pasti setiap murid akan membanggakan Guru nya
dan itu merupakan salah satu Adab dalam Tarekat. Yang selalu saya hindari
adalah mengatakan Guru Mursyid lain itu salah dan sesat karena itu bukan hak
saya. Guru saya selalu berpesan bahwa, “jangan sekali-kali kamu mencaci seorang
wali karena itu sama dengan minum racun, niscaya kau akan mati pelan-pelan dan
tidak akan beruntung dunia dan akhirat”. Nasehat itu selalu melekat dalam diri
saya, karena itu saya berusaha untuk tidak menjelek-kelakkan Tarekat lain
apalagi menjelek-jelakkan Guru Mursyid nya. Saya masih ingat cerita Guru saya
saat Beliau masih ber Guru, suatu hari Beliau melaporkan kepada Guru nya bahwa
ada orang yang ingin belajar Tarekat akan tetapi Guru Beliau tidak mau menerima
orang tersebut sebagai murid. Kemudian Guru saya memberanikan diri untuk
bertanya kepada Gurunya, “Guru, kenapa dia tidak diterima menjadi murid?”
Kemudian Guru Beliau menjawab, “Anakku, dia tidak mungkin bisa menjadi murid
wali karena dulu kakeknya adalah orang yang pernah mencaci seorang wali bahkan
memusuhinya”.
Kembali ke masalah syetan, kalau syetan bisa masuk kedalam diri manusia dan
menyerupai persis seperti manusia tentu syetan juga akan bisa masuk ke dalam
air, tanah, pohon, api dan lain-lain, seluruh benda bisa dimasuki dan diserupai
oleh syetan. Kalau begitu tidak menutup kemungkinan syetan bisa masuk ke dalam
sajadah kita, peci yang kita pakai untuk shalat, kain sarung dan baju, lalu
bagaimana kita bisa tahu ada unsur syetan di dalam nya, apa alat pengukur kita?
Disinilah perlunya ilmu Kerohanian yang dikenal dengan Tarekat, karena dengan
ilmu syariat tidak akan bisa menyelesaikan problem tersebut. Untuk bisa
mendeteksi syetan tentu syarat utama adalah dalam diri kita harus tidak ada
unsur syetannya. Bagaimana cara membersihkan unsur syetan dalam diri kita?
Bisakah kita sendiri membersihkanya?.
Sayang nya kita tidak bisa membersihkan unsur-unsur syetan yang mengendap-endap
dalam dada kita yang sudah ada sejak lahir. Syetan dalam diri kita hanya bisa
dihilangkan oleh dimensi yang lebih tinggi yaitu Nur Allah. Dengan Nur Allah
tersebut maka segala unsur kejahatan dalam diri kita yang di istilahkan sebagai
syetan akan lenyap dan hilang. Dari mana kita bisa mendapatkan Nur Allah
sebagai unsur tak terhingga tersebut? Nur Allah dititipkan kedalam diri
Rasulullah SAW yang kemudian dikenal dengan Nur Muhammad yang kemudian
diteruskan kepada sekalian Para Sahabat dan diteruskan oleh para Aulia Allah
para Guru Mursyid yang membawa wasilah berupa Nur Allah dan kemudian disalurkan
juga ke dalam dada kita sehingga dengan itulah maka segala unsur kejahatan
dalam diri kita akan hilang. Begitu pentingnya ber-wasilah sehingga Allah
mewajibkan kepada orang-orang yang beriman untuk mencarinya sebagai mana firman
Allah SWt dalam surat al-Maidah, 35 :
“Hai Orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah Wasilah
(Jalan, metode, frekwensi yang bisa mendekatkan diri kepada-Nya), dan
bersungguh-sungguh lah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat kemenangan/sukses.”
Kalau dalam diri kita masih banyak unsur syetan nya bagaimana mungkin kita bisa
menghilangkan syetan yang ada diluar kita, ibarat sebuah komputer yang ber
virus tentu tidak akan bisa membersihkan virus, mesti ada program anti virus
diluar komputer tersebut yang akan membersihkannya. Kalau dalam diri kita belum
dihilangkan unsur-unsur jin sebagaimana yang disebutkan dalam Surat An Naas
lalu kita merasa bisa menghilangkan jin diluar kita, mengusir jin di pohon,
pemburu hantu dan lain-lain bukankah itu sama dengan iklan yang ada di TV,
“Masa Jeruk Minum Jeruk?” “Masa Jin ngusir Jin?” he he he.
Ada baiknya kita menfokuskan diri untuk menghilangkan syetan yang ada dalam
diri kita daripada kita sibuk mengurus syetan di luar diri kita. Karena yang
bisa menghilangkan syetan itu hanya Nur Allah yang otomatis bagian dari Allah
maka yang harus kita cari adalah wasilah yang bisa menghubungkan diri kita
dengan Allah agar Nur Allah tersebut bisa tersalur kedalam diri kita. Seluruh
wajah manusia bisa ditiru syetan kecuali wajah Rasulullah SAW dan wajah para Guru
Mursyid yang dalam dirinya ada Nur Allah. Dengan demikian kalau ingin dada anda
dibersihkan dari unsur syetan maka nya carilah Guru Mursyid yang akan menyinari
dada anda dengan Nur Ilahi dengan demikian ketika Nur itu terus menerus ber
tajalli dalam diri anda secara otomatis syetan tidak akan betah disana. Setelah
dada anda terisi dengan Nur Allah, maka secara otomatis rohani anda akan
terbawa ke alam yang disekelilingnya hanya ada satu unsur yaitu Nur Allah,
itulah Alam Rabbani dimana seorang hamba akan begitu dekat dengan Tuhannya.
Semoga Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim berkenan membimbing kita untuk
bisa sampai kepada-Nya, Amien Ya Rabbal ‘Alamin.