head

Thursday, December 21, 2017

Tujuh Kesabaran dan Kedermawanan Rasulullah SAW

http://dapalan.com/N8hD

TUJUH KISAH KESABARAN & KEDERMAWANAN RASULULLAH
Tujuh Kisah Kesabaran dan Kedermawanan Nabi


“Muhammad itu bukanlah bapak dari seorang laki-laki yang ada diantara kamu, tetapi dia adalah rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” QS: Al-Ahzab ayat 40 (33:40)

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba’: 28)

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107)

Nabi Muhammad saw adalah Nabi akhir zaman penutup para nabi yang di utus oleh Allah swt untuk mengajak dan membimbing manusia ke jalan yang di ridhai oleh Allah swt. Segala kebaikan dan kemulyaan telah dilimpahkan Allah swt kedalam diri pribadi Rasulullah saw`sehingga akhlak beliau menjadi panutan manusia sampai akhir zaman. Berikut adalah kisah-kisah tentang kedermawanan dan kesabaran Nabi semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.

Kisah 1

name_45Abu Hurairah RA bertutur: Suatu hari kami duduk bersama Rasulullah SAW di masjid. Apabila beliau berdiri, kami pun berdiri. Suatu hari, beliau berdiri, lalu kami pun bediri. Katika beliau sampai ke pertengahan masjid, tiba-tiba seorang laki-laki menarik mantel Rasulullah dengan keras, padahal mantelnya itu terbuat dari bahan yang kasar. Saking kerasnya, leher Rasulullah pun tampak memerah.

Laki-laki berkata,”Wahai Muhammad, isikan kedua untaku dengan apa saja, karena kau tidak pernah membawa harta, baik dengan hartamu sendiri maupun dari harta bapakmu.” Rasaulullah saw menjawab,”Tidak, dan aku memohon ampun kepada Allah. Aku tidak akan memenuhi kedua untamu sehingga kau terlebih dahulu melepaskan tarikanmu dari leherku.” Laki-laki dusun itu berkata kembali: “Tidak, demi Allah, aku tidak akan melepaskannya sebelum kau memenuhi permintaanku.” Rasulullah saw lalu mengulang perkataannya tadi tiga kali. Namun, laki-laki itu tetap tidak mau melepaskan tarikannya.

Begitu mendengar jawaban laki-laki dusun tadi, kami para sahabat segera bermaksud menghampiri laki-laki tersebut, namun Rasulullah segera berpaling kepada kami dan berkata: “Tolong semuanya, jangan mengubah posisi dan tempat laki-laki tersebut sampai aku memberikan izin.” Rasulullah saw lalu berkata kepada laki-laki saat itu: “Wahai fulan, penuhi unta laki-laki tadi dengan gandum, dan untanya yang satu lagi dengan kurma.” Setelah dipenuhi, Rasulullah bersabda: “Ayo bubarlah kalian.” (HR. Abu Daud)

Kisah 2

Anas bin Malik bertutur: Suatu hari aku berjalan bersama Rasulullah saw. Saat itu beliau memakai selimut dari daerah Najran yang ujungnya sangat kasar. Tiba-tiba ia ditemui seorang Arab dusun. Tanpa basa basi, laki-laki dusun itu langsung menarik selimut kasar Rasulullah itu keras-keras sehingga aku melihat bekas merah di pundak Rasulullah.

Laki-laki dusun tersebut berkata, “Suruh orang-orangmu untuk memberikan harta Allah kepadaku yang kau miliki sekarang.” Rasulullah saw lalu berpaling kepada laki-laki tadi. Sambil tersenyum, beliau bersabda, “Berilah laki-laki ini makanan apa saja,’ (HR Bukhari).

Kisah 3

Jubair bin Muth’im bertutur, ketika ia bersama Rasulullah saw, tiba-tiba orang-orang mencegat beliau dan meminta dengan setengah memaksa sampai-sampai beliau disudutkan ke sebuah pohon berduri.

Tiba-tiba salah seorang dari mereka mengambil mantelnya. Rasulullah saw berhenti sejenak dan berseru,”Berilah mantelku ini! Itu untuk menutup auratku. Seandainya aku mempunyai mantel banyak (lebih dari satu), tentu akan kubagikan pada kalian (HR. Bukhari)

Kisah 4

Umar bin Khattab bercerita: Suatu hari seorang laki-laki datang menemui Rasulullah saw untuk meminta-minta, lalu beliau memberinya. Keesokan harinya, laki-laki itu datang lagi, Rasulullah juga memberinya. Keesokan harinya, datang lagi dan kembali meminta, Rasulullah pun memberinya Keesokan harinya, ia datang kembali untuk meminta-minta, Rasulullah lalu bersabda, “Aku tidak mempunyai apa-apa saat ini. Tapi, ambillah yang kau mau dan jadikan sebagai utangku. Kalau aku mempunyai sesuatu kelak, aku yang akan membayarnya.”

Umar lalu berkata, “Wahai Rasulullah janganlah memberi diluar batas kemampuanmu.” Rasulullah saw tidak menyukai perkataan Umar tadi. Tiba-tiba, datang seorang laki-laki dari Anshar sambil berkata, “Ya Rasulullah, jangan takut, terus saja berinfak. Jangan khawatir dengan kemiskinan.” Mendengar ucapan laki-laki tadi, Rasulullah tersenyum, lalu beliau berkata kepada Umar, “Ucapan itulah yang diperintahkan oleh Allah kepadaku.” (HR Turmudzi).

Kisah 5

Ummu Salamah, istri Rasulullah saw bercerita: Suatu hari Rasulullah saw masuk ke rumahku dengan muka pucat. Aku khawatir beliau sedang sakit. “Ya Rasulullah, mengapa wajahmu pucat begini?” tanyaku.

Rasulullah menjawab,”Aku pucat begini bukan karena sakit, melainkan karena aku ingat uang tujuh dinar yang kita dapat kemarin sampai sore ini masih berada di bawah kasur dan kita belum menginfakkannya.” (HR Al-Haitsami dan hadistnya sahih).

Kisah 6

Aisyah berkata: Suatu hari, ketika sakit, Rasulullah saw menyuruhku bersedekah dengan uang tujuh dinar yang disimpannya di rumah. Setelah menyuruhku bersedekah, beliau lalu pingsan. Ketika sudah siuman, Rasulullah saw bertanya kembali: “Uang itu sudah kau sedekahkan?” “Belum, karena aku kemarin sangat sibuk,” jawabku Rasulullah bersabda, “Mengapa bisa begitu, ambil uang itu!”.

Begitu uang itu sudah di hadapannya, Rasulullah saw lalu bersabda, “Bagaimana menurutmu seandainya aku tiba-tiba meninggal, sementara aku mempunyai uang yang belum kusedekahkan? Uang ini tidak akan menyelamatkan Muhammad seandainya ia meninggal sekarang, sementara ia mempunyai uang yang belum disedekahkan,”. (HR Ahmad).

Kisah 7

Sahl bin Sa’ad bertutur: Suatu hari datang seorang perempuan menghadiahkan kepada Nabi saw sepotong syamlah yang ujungnya ditenun (syamlah adalah baju lapang yang menutup seluruh badan). Perempuan itu berkata, “ Ya Rasulullah, akulah yang menenun syamlah ini dan aku hendak menghadiahkan kepada Engkau.” Rasulullah saw pun sangat menyukai tersebut. Tanpa banyak kalam, beliau langsung mengambil dan memakainya dengan sangat gembira dan berterima kasih kepada wanita itu. Rasulullah saw betul-betul sangat membutuhkan dan menyukai syamlah tersebut.

Tidak lama setelah wanita itu pergi, tiba-tiba datang seorang laki-laki meminta syamlah tersebut. Rasulullah pun memberikannya. Para sahabat yang lain lalu mengecam laki-laki tersebut. Mereka berkata, “Hai Fulan, Rasulullah saw sangat menyukai syamlah tersebut, mengapa kau memintanya? Kau kan tahu Rasulullah tidak pernah tidak memberi kalau diminta?” Laki-laki itu menjawab, “Aku memintanya bukan untuk dipakai sebagai baju, melainkan untuk kain kafanku nanti kalau aku meninggal”. Tidak lama kemudian, laki-laki itu meninggal dan syamlah tersebut menjadi kain kafannya. (HR Bukhari).

Semoga Tujuh Kisah di atas dapat menjadi bahan renungan dan menjadi pelajaran dalam hidup kita. Ahklak Nabi adalah sebaik-baik akhlak manusia dan akan menjadi contoh kepada sekalian manusia mulai dari dahulu sampai akhir zaman kelak. Semoga Allah SWT membimbing kita ke akhlak yang mulia yaitu akhlak kekasih-Nya Muhammad SAW, Amien Ya Rabbal ‘Alamien.



Orang Sufi Anti Surga Dan Tidak Taku Neraka

http://dapalan.com/N8lY


ORANG SUFI ANTI SURGA DAN TIDAK TAKUT NERAKA


Diantara tuduhan yang dilontarkan kepada kaum Sufi, bahwa dalam tasawuf, seorang Sufi itu tidak mau syurga dan tidak takut neraka. Padahal Rasulullah pernah berharap syurga dan dihindarkan dari neraka. Rasulullah paripurna saja masih demikian, kenapa kaum Sufi enggan dengan syurga dan tidak takut neraka?
Tuduhan dan pertanyaan berikutnya seputar syurga dan neraka, bahwa kaum Sufi dalam tujuannya untuk beribadah hanya kepada Allah, tidak menuju syurga dan tidak menghindar dari neraka, dianggap sebagai akidah yang salah. Padahal dalam ayat Al-Qur’an disebutkan, “Makan dan minumlah (di syurga) dengan nikmat yang disebabkan oleh amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang lampau….” (al-Haaqqah, 24) . Jadi kaum Sufi pandangannya bertentangan dengan ayat tersebut.

JAWABAN
Dalam Al-Qur’an dan Hadits soal syurga dan neraka disebut berkali-kali dalam berbagai ayat dan surat. Tentu saja, sebagai janji dan peringatan Allah swt. Namun memahami ayat tersebut atau pun hadits Nabi saw, harus dilihat dari berbagai sudut pandang, tidak sekadar formalisme ayat atau teks hadits saja.
Contoh soal rasa takut. Dalam Al-Qur’an disebut beberapa kali bentuk takut itu. Ada yang menggunakan kata Taqwa, ada yang menggunakan kata Khauf dan ada pula Khasyyah, dan berbagai bentuk kata yang ditampilkan Allah Ta’ala yang memiliki hubungan erat dengan bentuk takut itu sendiri, sesuai dengan kapasitas hamba dengan Allah Ta’ala. Makna takut dengan penyebutan yang berbeda-beda itu pasti memiliki dimensi yang berbeda pula, khususnya dalam responsi psikhologi keimanan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, berkaitan dengan frekwensi dan derajat keimanan seseorang.

Begitu juga kata Jannah dan Naar, syurga dan neraka. Penekanan-penekanan kata Naar dalam Al-Qur’an juga memiliki struktur hubungan yang berbeda. Naar disebutkan untuk orang kafir, memiliki tekanan berbeda dengan orang munafik, orang fasik, dan orang beriman yang ahli maksiat. Itu berarti berhubungan dengan kata Naar, yang disandarkan pada macam-macam ruang neraka: Ada Neraka Jahim, Neraka Jahanam, Neraka Sa’ir, Neraka Saqar, Neraka Abadi, dan penyebutan kata Naar yang tidak disandarkan pada sifat dan karakter neraka tertentu.
Jika Naar kita maknai secara gradual, justru menjadi zalim, karena faktanya tidak demikian. Hal yang sama jika para Sufi memahami Naar dari segi hakikatnya neraka, juga tidak bisa disalahkan. Apalagi jika seseorang memahami neraka itu sebagai api yang berkobar.

Kalimat Naar tanpa disandari oleh Azab, juga berbeda dengan Neraka yang ansickh belaka. Misalnya kalimat dalam ayat di surat Al-Baqarah, “Wattaqun Naar al-llaty waquduhannaasu wal-Hijarah” dengan ayat yang sering kita baca, “Waqinaa ‘adzaban-Naar,” memiliki dimensi berbeda. Ayat pertama, menunjukkan betapa pada umumnya manusia, karena didahului dengan panggilan Ilahi ”Wahai manusia”. Maka Allah langsung membuat ancaman serius dengan menyebutkan kata Naar. Tetapi pada doa seorang beriman, “Lindungi kami dari siksa neraka,” maknanya sangat berbeda. Karena yang terakhir ini berhubungan dengan kualifikasi keimanan hamba kepada Allah, bahwa yang ditakuti adalah Azabnya neraka, bukan apinya. Sebab api tanpa azab, jelas tidak panas, seperti api yang membakar Ibrahim as.

Oleh sebab itu, jika seorang Sufi menegaskan keikhlasan ubudiyahnya hanya kepada Allah, memang demikian perintah dan kehendak Allah. Bahwa seorang mukmin menyembah Allah dengan harapan syurga dan ingin dijauhkan neraka, dengan perpekstifnya sendiri, tentu kualifikasi keikhlasannya di bawah yang pertama. Dalam berbagai ayat mengenai Ikhlas, sebagai Ruh amal, disebutkan agar kita hanya menyembah Lillahi Ta’ala. Tetapi kalau punya harapan lain selain Allah termasuk di sana harapan syurga dan neraka, sebagai bentuk kenikmatan fisik dan siksa fisik, itu juga diterima oleh Allah. Namun, kualifikasinya adalah bentuk responsi mukmin pada syurga dan neraka paling rendah.
Semua mengenal bagaimana Allah membangun contoh dan perumpamaan, baik untuk menjelaskan dirinya, syurga maupun neraka. Kaum Sufi memilih perumpamaan paling hakiki, karena perumpamaan neraka yang paling rendah sudah dilampauinya. Sebagaimana kualitas moral seorang pekerja di perusahaan juga berbeda-beda, walau pun teknis dan cara kerjanya sama.

Orang yang bekerja hanya mencari uang dan untung, tidak boleh mencaci dan mengecam orang yang bekerja dengan motivasi mencintai pekerjaan dan mencintai direktur perusahaan tersebut. Walau pun cara bekerjanya sama, namun kualitas moral dan etos kerjanya yang berbeda. Bagi seorang direktur yang bijaksana, pasti ia lebih mencintai pekerja yang didasari oleh motivasi cinta yang luhur pada pekerjaan, perusahaan dan mencintai dirinya, disbanding para pekerja yang hanya mencari untung be laka, sehingga mereka bekerja tanpa ruh dan spirit yang luhur.

Karena itu syurga pun demikian. Persepsi syurga bagi kaum Sufi memiliki kualifikasi ruhani dan spiritual yang berbeda dengan persepsi syurga kaum awam biasa. Hal yang sama persepsi mengenai bidadari. Bagi kaum Sufi bidadari yang digambarkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah, adalah Tajalli (penampakan) sifat-sfat dan Asma Kemahaindahan Ilahi, yang tentu saja berbeda dengan kaum awam yang dipersepsi sebagai kenikmatan bilogis seksual-hewani.

Syurga bagi kaum Sufi adalah Ma’rifatullah dengan derajat kema’rifatan yang berbeda-beda. Karena nikmat tertinggi di syurga adalah Ma’rifat Dzatullah. Jadi kalimat Rabi’ah Adawiyah tentang ibadah tanpa keinginan syurga adalah syurga fisik dengan kenikmatan fisik yang selama ini kita persepsikan. Dan hal demikian memang bisa menjadi penghalang (hijab) antara hamba dengan Allah dalam prosesi kema’rifatan.

Bahkan Allah pun membagi-bagi syurga dengan symbol berbeda-beda, ada Jannatul Ma’wa, Jannatul Khuldi, Jannatun Na’im, Jannatul Firdaus, yang tentu saja menunjukkan kualifikasi yang bersifat lahiriyah maupun bathiniyah. Bagi orang beriman yang masih bergelimang dengan nafsunya, maka perspesi tentang nikmat syurga, adalah pantulan nafsu hewaninya dan syahwatnya, lalu persepsi kesenangan duniawi ingin dikorelasikan dengan rasa nikmat syurgawi yang identik dengan syahwatiyah.

Rabi’ah Adawiyah dan para Sufi lainnya ingin membersihkan jiwa dan hatinya dari segala bentuk dan motivasi selain Allah yang bisa menghambat perjalanan menuju kepada Allah. Dengan bahasa seni yang indah dan tajam, mereka hanya menginginkan Allah, bukan menginginkan makhluk Allah. Amaliyah di dunia sebagi visa syurga hanyalah untuk menentukan kualifikasi kesyurgawiannya, bukan sebagai kunci masuk syurganya. Karena hanya Fadhal dan RahmatNya saja yang menyebabkan kita masuk syurga. “karena Fadhal dan Rahmat itulah kamu sekalian bergembira…” Demikian dalam Al-Qur’an. Bukan gembira karena syurgaNya.
Syurga dan neraka adalah makhluk Allah. Apakah seseorang bisa wushul (sampai kepada) Allah, manakala perjalanannya dari makhluk menuju makhluk? Apakah itu tidak lebih dari sapi atau khimar yang menjalankan roda gilingan, yang berputar-putar terus menerus tanpa tujuan?

Nah anda bisa merenungkan sendiri, betapa tudingan-tudingan mereka yang anti tasawuf soal persepsi syurga dan neraka ini, bisa terbantahkan dengan sendirinya, tanpa harus berdebat lebih panjang.

Hanya mereka yang tolol dan bodoh saja, jika ada ucapan seperti ini dikecam habis, “Tuhanku, hanya engkau tujuanku, dan hanya ridloMulah yang kucari. Limpahkan Cinta dan Ma’rifatMu kepadaku…” Ucapan yang menjadi munajat para Sufi. Lalu mereka mengecam ucapan ini, sebagai bentuk anti syurga dan tak takut neraka?

Nasehat Guru,“Kalian Jangan Hanya Sekedar Menjadi Aksesoris!”


Suatu hari, menjelang pembukaan suluk, saya bersama 2 teman duduk menemani sambil melayani Guru makan. Hal yang menggembirakan bagi kami murid bisa menemani dan melayani Guru makan, mengatur makanan dan segela kebutuhan Beliau selama makan. Kami biasanya duduk dibawah memandang wajah Guru yang selalu memancarkan semangat. Menyenangkan karena kami diberi kesempatan untuk bisa berbuat kepada Beliau, Guru yang kami sayang dan kami cintai yang telah memberikan banyak kepada kami terutama telah mencerahkan ruhani dan pikiran kami. Seperti biasanya selesai makan Guru suka cerita dan memberikan nasehat baik mengenai Tasawuf maupun tentang kehidupan sehari-hari. Guru sering menanyakan kami satu persatu, tentang kerja, bisnis, keluarga dan lain-lain, kemudian Beliau memberikan nasehat dan jalan keluarnya.

Hari itu wajah Guru kelihatan gembira dan Beliau selesai makan cerita hal-hal yang menyenangkan termasuk cerita lucu yang membuat kami semakin senang. Ketika Guru selesai cerita, suasana hening. Teman seperguran saya memberikan diri bertanya kepada Guru.

“Mohon Ampun Guru, saya mau menanyakan sesuatu..”.

“Silahkan, apa yang mau kau tanyakan” kata Guru.

“Saya heran Guru, orang masuk (belajar) tarekat itu banyak, namun kenapa hanya sedikit orang yang benar-benar ber-iman dan bertahan di tarekat?”.

Sudah menjadi kebiasaan, Guru saya selalu memberikan jawaban yang bijaksana terhadap pertanyaan-pertanyaan muridnya. Dalam pandangan saya, bagi Guru tidak ada pertanyaan yang sulit, hal paling rumitpun dibuat menjadi mudah. Beliau diam sejenak, kemudian berkata :

“Kamu tahu aksesoris, hiasan atau pernak pernik untuk menghias dan memperindah sesuatu?”.

Serempak kami bertiga menjawab, “Tahu Guru!”.

Beliau melanjutkan, “Ambil contoh mobil, disana ada aksesoris, hiasan-hiasan yang membuat mobil itu lebih indah tampilannya dan aksesoris itu biasanya tergantung musim dan mengikuti tren, kalau zaman berubah maka aksesoris itu pun diganti oleh pemiliknya mengikuti musim dan zaman pula”.

Kami bertiga mengangguk-angguk, memang ini kebiasaan dalam tarekat sebagai bagian dari hadap mendengarkan petuah Guru, apakah dipahami atau tidak kami tetap mengangguk. Saya sendiri belum paham sepenuh apa yang dibicarakan Guru, hanya menduga-duga saja dan saya melirik ke teman disamping saya, sepertinya mereka juga mengangguk sebagai bagian hadap bukan karena sudah mengerti.

Kemudian Guru melanjutkan,”Menurut kalian apakah aksesoris itu perlu?”

“Perlu Guru!” jawab kami

“Ya, perlu untuk menambah keindahan, tapi apakah tanpa aksesoris mobil bisa jalan?” Tanya Guru.

“Bisa Guru” jawab kami.

“Benar, tanpa mesin, oli, minyak, ban atau mesin mobil maka mobil itu dipastikan tidak bisa jalan karena itu hal yang pokok dalam mobil”. Kata Guru. Beliau melanjutkan..

“Nah, orang-orang yang menekuni tarekat hanya beberapa hari, ada yang cuma suluk 1 kali atau beberapa kali kemudian menghilang atau bahkan ada hari ini dia belajar kemudian langsung menghilang adalah aksesoris untuk memperindah tarekat, tanpa adanya itu tarekat tetap jalan dan berkembang”.

Kami bertiga diam dan tertunduk, ada perasaan takut dalam hati, apakah saya ini hanya sebagai aksesoris saja yang kemudian hilang ditelan musim? Saya sendiri selalu berdoa agar Tuhan selalu memberikan kesempatan kepada saya untuk tetap bisa bertahan di jalan-Nya yang lurus ini, jalan yang telah dilimpahkan rahmat dan karunia-Nya, jalan para Nabi, Para Wali dan orang-orang shaleh.

Teman saya menangis, kemudian dia berkata kepada Guru, “Guru, tolong diakan kami agar tidak menjadi hanya sekedar aksesoris.”. Guru menjawab, “Kalau kalian kawatir tentang itu menandakan bahwa kalian mencintai Jalan ini dan hampir semua orang yang sampai ketujuan adalah orang yang selalu merasa kawatir sehingga dia selalu waspada, aku selalu berdoa agar kalian bisa dipakai oleh Tuhan”.

“Berdoalah selalu kepada Allah agar kalian “dipakai” oleh Dia, “diper-alat” untuk mengembangkan agama Islam yang mulia ini, untuk apa hidup didunia kalau tidak “dipakai” Tuhan?”

“Jalan yang kalian tempuh ini bukanlah jalan biasa, sudah banyak orang gugur dijalan ini, diperlukan kesabaran dan kesungguhan agar bisa mencapai tujuan. Dan harus kalian ingat bahwa Makrifat itu bukan akhir dari perjalanan, tapi itu hanya hanya AWAL. Kalau Makrifat sebagai ukuran kemenangan, kalian harus ingat bahwa Iblis di zamannya adalah sosok yang paling bermakrifat kepada Allah, namun dia tersingkirkan karena kesombongannya”.

“Hanya burung-burung yang mempunyai sayap lebar yang mampu terbang tinggi, sementara burung kecil hanya bisa terbang rendah dan tidak pernah kemana-mana”.

“Ingat, awal manusia menempuh jalan ini (Thareqat) akan diberi rahmat karunia yang berlimpah, keajaiban-keajiban diluar kemampuan manusia dan bahkan tak pernah terpikirkan. Kemudian ketika hamba telah senang, Tuhan akan mengujinya dengan derita-derita agar si hamba tidak terlena dengan keajaiban dan kemegahan alam rohani sehingga tetap fokus kepada Allah SWT”.

“Ingatlah firman Allah, ‘Jangan kau katakan dirimu beriman sebelum Ku coba’. Suatu saat kalian akan diberi cobaan yang tidak pernah terlintas dalam pikiran dan halayan kalian, seakan-akan Tuhan meninggalkan kalian dan doapun menjadi tumpul. Aku beri nasehat kepada kalian, jangan pernah kalian menyalahkan atau mencaci Guru ketika kalian mengalami itu semua”.

Kejadian ini sudah lama terjadi akan tetapi nasehat-nasehat yang diberikan Guru begitu berbekas di hati kami seakan-akan baru tadi Beliau ucapkan dan begitulah sifat Wali Allah itu kalau memberikan pengajaran akan berbekas di hati para muridnya. Setelah memberikan nasehat dan wejangan kepada kami, Beliau berjalan menuju kamar untuk istirahat. Antara ruang makan dan kamar tidur Beliau berhenti sejenak dan berpaling kepada kami, kemudian berkata, “Kalian jangan hanya sekedar menjadi aksesoris!”. Kami bertiga mengangguk sambil menangis dan berdoa kepada Allah agar sepanjang hidup kami terus bisa melayani Guru dengan baik. Semoga Allah Yang Maha Mendengar mengabulkan doa kami, Amin!.



Tersesat Disurga

http://dapalan.com/N8sJ

TERESESAT DISURGA

Seorang pemuda, ahli amal ibadah datang ke seorang Sufi. Sang pemuda dengan bangganya mengatakan kalau dirinya sudah melakukan amal ibadah wajib, sunnah, baca Al-Qur’an, berkorban untuk orang lain dan kelak harapan satu satunya adalah masuk syurga dengan tumpukan amalnya.
Bahkan sang pemuda tadi malah punya catatan amal baiknya selama ini dalam buku hariannya, dari hari ke hari.
“Saya kira sudah cukup bagus apa yang saya lakukan Tuan…”
“Apa yang sudah anda lakukan?”
“Amal ibadah bekal bagi syurga saya nanti…”
“Kapan anda menciptakan amal ibadah, kok anda merasa punya?”
Pemuda itu diam…lalu berkata,
“Bukankah semua itu hasil jerih payah saya sesuai dengan perintah dan larangan Allah?”

“Siapa yang menggerakkan jerih payah dan usahamu itu?”
“Saya sendiri…hmmm….”
“Jadi kamu mau masuk syurga sendiri dengan amal-amalmu itu?”
“Jelas dong tuan…”
“Saya nggak jamin kamu bisa masuk ke syurga. Kalau toh masuk kamu malah akan tersesat disana…”
Pemuda itu terkejut bukan main atas ungkapan Sang Sufi. Pemuda itu antara marah dan diam, ingin sekali menampar muka sang sufi.
“Mana mungkin di syurga ada yang tersesat. Jangan-jangan tuan ini ikut aliran sesat…” kata pemuda itu menuding Sang Sufi.
“Kamu benar. Tapi sesat bagi syetan, petunjuk bagi saya….”
“Toloong diperjelas…”

“Begini saja, seluruh amalmu itu seandainya ditolak oleh Allah bagaimana?”
“Lho kenapa?”
“Siapa tahu anda tidak ikhlas dalam menjalankan amal anda?”
“Saya ikhlas kok, sungguh ikhlas. Bahkan setiap keikhlasan saya masih saya ingat semua…”
“Nah, mana mungkin ada orang yang ikhlas, kalau masih mengingat-ingat amal baiknya? Mana mungkin anda ikhlas kalau anda masih mengandalkan amal ibadah anda?
Mana mungkin anda ikhlas kalau anda sudah merasa puas dengan amal anda sekarang ini?”

Pemuda itu duduk lunglai seperti mengalami anti klimaks, pikirannya melayang membayang bagaimana soal tersesat di syurga, soal amal yang tidak diterima, soal ikhlas dan tidak ikhlas.
Dalam kondisi setengah frustrasi, Sang sufi menepuk pundaknya.
“Hai anak muda. Jangan kecewa, jangan putus asa. Kamu cukup istighfar saja. Kalau kamu berambisi masuk syurga itu baik pula. Tapi, kalau kamu tidak bertemu dengan Sang Tuan Pemilik dan Pencipta syurga bagaimana? Kan sama dengan orang masuk rumah orang, lalu anda tidak berjumpa dengan tuan rumah, apakah anda seperti orang linglung atau orang yang bahagia?”
“Saya harus bagaimana tuan…”

“Mulailah menuju Sang Pencipta syurga, maka seluruh nikmatnya akan diberikan kepadamu. Amalmu bukan tiket ke syurga. Tapi ikhlasmu dalam beramal merupakan wadah bagi ridlo dan rahmat-Nya, yang menarik dirimu masuk ke dalamnya…”
Pemuda itu semakin bengong antara tahu dan tidak.
“Begini saja, anak muda. Mana mungkin syurga tanpa Allah, mana mungkin neraka bersama Allah?”
Pemuda itu tetap saja bengong. Mulutnya melongo seperti kerbau.


Azab kubur

http://dapalan.com/N8ul

AZAB KUBUR
Sebab-sebab Seorang Mendapat Azab Kubur 
Banyak sekali hal-hal yang menyebabkan seseorang mendapatkan adzab kubur. Sampai-sampai Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam kitabnya Ar-Ruh menyatakan: “Secara global, mereka diadzab karena kejahilan mereka tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak melaksanakan perintah-Nya, dan karena perbuatan mereka melanggar larangan-Nya. Maka, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengadzab ruh yang mengenal-Nya, mencintai-Nya, melaksanakan perintah-Nya, dan meninggalkan larangan-Nya.

Demikian juga, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengadzab satu badan pun yang ruh tersebut memiliki ma’rifatullah (pengenalan terhadap Allah) selama-lamanya. Sesungguhnya adzab kubur dan adzab akhirat adalah akibat kemarahan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kemurkaan-Nya terhadap hamba-Nya. Maka barangsiapa yang menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala marah dan murka di dunia ini, lalu dia tidak bertaubat dan mati dalam keadaan demikian, niscaya dia akan mendapatkan adzab di alam barzakh sesuai dengan kemarahan dan kemurkaan-Nya.” (Ar-Ruh hal. 115)

Di antara sebab-sebab adzab kubur secara terperinci adalah sebagai berikut:
1. Kekafiran dan kesyirikan.
Sebagaimana adzab yang menimpa Fir’aun dan bala tentaranya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh adzab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): ‘Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras’.” (Ghafir: 45-46)
2. Kemunafikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada adzab yang besar.” (At-Taubah: 101)

3. Tidak menjaga diri dari air kencing dan mengadu domba.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya keduanya sedang diadzab, dan tidaklah keduanya diadzab disebabkan suatu perkara yang besar (menurut kalian). Salah satunya tidak menjaga diri dari percikan air kencing, sedangkan yang lain suka mengadu domba antara manusia.” Beliau lalu mengambil sebuah pelepah kurma yang masih basah, kemudian beliau belah menjadi dua bagian dan beliau tancapkan satu bagian pada masing-masing kuburan. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan hal ini?” Beliau menjawab: “Mudah-mudahan diringankan adzab tersebut dari keduanya selama pelepah kurma itu belum kering.” (Muttafaqun ‘alaih dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma)

4. Ghibah.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tatkala Rabbku memi’rajkanku (menaikkan ke langit), aku melewati beberapa kaum yang memiliki kuku dari tembaga, dalam keadaan mereka mencabik-cabik wajah dan dada mereka dengan kukunya. Maka aku bertanya: ‘Siapakah mereka ini wahai Jibril?’ Dia menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan daging (suka mengghibah) dan menjatuhkan kehormatan manusia’.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 533. Hadits ini juga dicantumkan dalam Ash-Shahihul Musnad karya Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu)

5. Niyahah (meratapi jenazah).
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

“Sesungguhnya mayit itu akan diadzab karena ratapan keluarganya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam riwayat lain dalam Shahih Muslim:

“Mayit itu akan diadzab di kuburnya dengan sebab ratapan atasnya.”
Jumhur ulama berpendapat, hadits ini dibawa kepada pemahaman bahwa mayit yang ditimpa adzab karena ratapan keluarganya adalah orang yang berwasiat supaya diratapi, atau dia tidak berwasiat untuk tidak diratapi padahal dia tahu bahwa kebiasaan mereka adalah meratapi orang mati. Oleh karena itu Abdullah ibnul Mubarak rahimahullahu berkata: “Apabila dia telah melarang mereka (keluarganya) meratapi ketika dia hidup, lalu mereka melakukannya setelah kematiannya, maka dia tidak akan ditimpa adzab sedikit pun.” (Umdatul Qari’, 4/78)
Adzab di sini menurut mereka maknanya adalah hukuman. (Ahkamul Jana’iz, hal. 41)
Selain sebab-sebab di atas, ada beberapa hal lain yang akan disebutkan dalam pembahasan Macam-macam Adzab Kubur.


Apakah Adzab Kubur itu Terus-Menerus?
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu berkata: “Jawaban terhadap pertanyaan ini:

1. Adzab kubur bagi orang-orang kafir terjadi terus-menerus dan tidak mungkin terputus karena mereka memang berhak menerimanya. Seandainya adzab tersebut terputus atau berhenti, maka kesempatan ini menjadi waktu istirahat bagi mereka. Padahal mereka bukanlah orang-orang yang berhak mendapatkan hal itu. Maka, mereka adalah golongan orang-orang yang terus-menerus dalam adzab kubur sampai datangnya hari kiamat, walaupun panjang masanya.
2. Orang-orang beriman yang berbuat maksiat, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengadzab mereka dengan sebab dosa-dosanya. Di antara mereka ada yang diadzab terus-menerus, ada pula yang tidak. Ada yang panjang masanya, ada pula yang tidak, tergantung dosa-dosanya serta ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Syarh Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah, 2/123)
Macam-macam Adzab Kubur
1. Diperlihatkan neraka jahannam.

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang.” (Ghafir: 46)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya apabila salah seorang di antara kalian mati maka akan ditampakkan kepadanya calon tempat tinggalnya pada waktu pagi dan sore. Bila dia termasuk calon penghuni surga, maka ditampakkan kepadanya surga. Bila dia termasuk calon penghuni neraka maka ditampakkan kepadanya neraka, dikatakan kepadanya: ‘Ini calon tempat tinggalmu, hingga Allah Subhanahu wa Ta’ala membangkitkanmu pada hari kiamat’.” (Muttafaqun ‘alaih)
2. Dipukul dengan palu dari besi.
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Adapun orang kafir atau munafik, maka kedua malaikat tersebut bertanya kepadanya: “Apa jawabanmu tentang orang ini (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam)?” Dia mengatakan: “Aku tidak tahu. Aku mengatakan apa yang dikatakan orang-orang.” Maka kedua malaikat itu mengatakan: “Engkau tidak tahu?! Engkau tidak membaca?!” Kemudian ia dipukul dengan palu dari besi, tepat di wajahnya. Dia lalu menjerit dengan jeritan yang sangat keras yang didengar seluruh penduduk bumi, kecuali dua golongan: jin dan manusia.” (Muttafaqun ‘alaih)
3. Disempitkan kuburnya, sampai tulang-tulang rusuknya saling bersilangan, dan didatangi teman yang buruk wajahnya dan busuk baunya.
Dalam hadits Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu yang panjang, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang orang kafir setelah mati:

“Gelarkanlah untuknya alas tidur dari api neraka, dan bukakanlah untuknya sebuah pintu ke neraka. Maka panas dan uap panasnya mengenainya. Lalu disempitkan kuburnya sampai tulang-tulang rusuknya berimpitan. Kemudian datanglah kepadanya seseorang yang jelek wajahnya, jelek pakaiannya, dan busuk baunya. Dia berkata: ‘Bergembiralah engkau dengan perkara yang akan menyiksamu. Inilah hari yang dahulu engkau dijanjikan dengannya (di dunia).’ Maka dia bertanya: ‘Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan kejelekan.’ Dia menjawab: ‘Aku adalah amalanmu yang jelek.’ Maka dia berkata: ‘Wahai Rabbku, jangan engkau datangkan hari kiamat’.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Al-Hakim)

4. Dirobek-robek mulutnya, dimasukkan ke dalam tanur yang dibakar, dipecah kepalanya di atas batu, ada pula yang disiksa di sungai darah, bila mau keluar dari sungai itu dilempari batu pada mulutnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Jibril dan Mikail ‘alaihissalam sebagaimana disebutkan dalam hadits yang panjang:

“Beritahukanlah kepadaku tentang apa yang aku lihat.” Keduanya menjawab: “Ya. Adapun orang yang engkau lihat dirobek mulutnya, dia adalah pendusta. Dia berbicara dengan kedustaan lalu kedustaan itu dinukil darinya sampai tersebar luas. Maka dia disiksa dengan siksaan tersebut hingga hari kiamat. Adapun orang yang engkau lihat dipecah kepalanya, dia adalah orang yang engkau lihat dipecah kepalanya, dia adalah orang yang telah Allah ajari Al-Qur’an, namun dia tidur malam (dan tidak bangun untuk shalat malam). Pada siang hari pun dia tidak mengamalkannya. Maka dia disiksa dengan siksaan itu hingga hari kiamat. Adapun yang engkau lihat orang yang disiksa dalam tanur, mereka adalah pezina. Adapun orang yang engkau lihat di sungai darah, dia adalah orang yang makan harta dari hasil riba.” (HR. Al-Bukhari no. 1386 dari Jundub bin Samurah radhiyallahu ‘anhu)
5. Dicabik-cabik ular-ular yang besar dan ganas.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tiba-tiba aku melihat para wanita yang payudara-payudara mereka dicabik-cabik ular yang ganas. Maka aku bertanya: ‘Kenapa mereka?’ Malaikat menjawab: ‘Mereka adalah para wanita yang tidak mau menyusui anak-anaknya (tanpa alasan syar’i)’.” (HR. Al-Hakim. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu dalam Al-Jami’ush Shahih berkata: “Ini hadits shahih dari Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu.”)
Wallahu a’lam bish-shawab.


Amalan yang Menyelamatkan dari Adzab Kubur
Setelah memberitahukan dahsyatnya adzab kubur dan sebab-sebab yang akan menyeret ke dalamnya, baik melalui firman-Nya ataupun melalui lisan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia, dengan rahmat dan keutamaan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberitahukan amalan-amalan yang akan menyelamatkan dari adzab kubur tersebut.
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata: “Sebab-sebab yang akan menyelamatkan seseorang dari adzab kubur terbagi menjadi dua:

1. Sebab-sebab secara global.
Yaitu dengan menjauhi seluruh sebab yang akan menjerumuskan ke dalam adzab kubur sebagaimana yang telah disebutkan.
Sebab yang paling bermanfaat adalah seorang hamba duduk beberapa saat sebelum tidur untuk mengevaluasi dirinya: apa yang telah dia lakukan, baik perkara yang merugikan maupun yang menguntungkan pada hari itu. Lalu dia senantiasa memperbarui taubatnya yang nasuha antara dirinya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga dia tidur dalam keadaan bertaubat dan berkemauan keras untuk tidak mengulanginya bila nanti bangun dari tidurnya. Dia lakukan itu setiap malam. Maka, apabila dia mati (ketika tidurnya itu), dia mati di atas taubat.
Apabila dia bangun, dia bangun tidur dalam keadaan siap untuk beramal dengan senang hati, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menunda ajalnya hingga dia menghadap Rabbnya dan berhasil mendapatkan segala sesuatu yang terluput. Tidak ada perkara yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba daripada taubat ini. Terlebih lagi bila dia berzikir setelah itu dan melakukan sunnah-sunnah yang datang dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika dia hendak tidur sampai benar-benar tertidur. Maka, barangsiapa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kehendaki kebaikan baginya, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan berikan hidayah taufik untuk melakukan hal itu. Dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

2. Sebab-sebab terperinci.
Di antaranya:

- Ribath (berjaga di pos perbatasan wilayah kaum muslimin) siang dan malam.
Dari Fadhalah bin Ubaid radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Setiap orang yang mati akan diakhiri/diputus amalannya, kecuali orang yang mati dalam keadaan ribath di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amalannya akan dikembangkan sampai datang hari kiamat dan akan diselamatkan dari fitnah kubur.” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud)

- Mati syahid.
Dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Orang yang mati syahid akan mendapatkan enam keutamaan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala: diampuni dosa-dosanya dari awal tertumpahkan darahnya, akan melihat calon tempat tinggalnya di surga, akan diselamatkan dari adzab kubur, diberi keamanan dari ketakutan yang sangat besar, diberi hiasan dengan hiasan iman, dinikahkan dengan bidadari, dan akan diberi kemampuan untuk memberi syafaat kepada 70 orang kerabatnya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah. Al-Albani berkata dalam Ahkamul Jana’iz bahwa sanadnya hasan)

- Mati pada malam Jumat atau siang harinya.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jumat atau malamnya, kecuali Allah akan melindunginya dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad dan Al-Fasawi. Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Ahkamul Jana’iz bahwa hadits ini dengan seluruh jalur-jalurnya hasan atau shahih)

- Membaca surat Al-Mulk.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Dia (surat Al-Mulk) adalah penghalang, dia adalah penyelamat yang akan menyelamatkan pembacanya dari adzab kubur.” (HR. At-Tirmidzi, lihat Ash-Shahihah no. 1140) [dinukil dari Ar-Ruh dengan sedikit perubahan]
- Doa sebagaimana yang telah lalu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari adzab kubur dan
memerintahkan umatnya untuk berlindung darinya.


Nikmat Kubur
Setelah mengetahui dan meyakini adanya adzab kubur yang demikian mengerikan dan menakutkan, berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih, juga mengetahui macam-macamnya, penyebabnya, dan hal-hal yang akan menyelamatkan darinya, maka termasuk kesuksesan yang agung adalah selamat dari berbagai adzab tersebut dan mendapatkan nikmat di dalamnya dengan rahmat-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih maka Rabb mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang nyata.” (Al-Jatsiyah: 30)
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku takut akan adzab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Rabbku.’ Barangsiapa yang dijauhkan adzab daripadanya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah keberuntungan yang nyata.” (Al-An’am: 15-16)

Adapun nikmat kubur, di antaranya apa yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beritakan dalam hadits Al-Bara’ radhiyallahu ‘anhu yang panjang:

- mendapatkan ampunan dan keridhaan-Nya. Sebagaimana perkataan malakul maut kepada orang yang sedang menghadapi sakaratul maut:

“Wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya.”

- dikokohkan hatinya untuk menghadapi dan menjawab fitnah kubur.
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)

- Digelarkan permadani, didandani dengan pakaian dari surga, dibukakan baginya pintu menuju surga, dilapangkan kuburnya, dan di dalamnya ditemani orang yang tampan wajahnya, bagus penampilannya, sebagaimana yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kabarkan dalam hadits Al-Bara’ yang panjang:

“Maka gelarkanlah permadani dari surga, dandanilah ia dengan pakaian dari surga. Bukakanlah baginya sebuah pintu ke surga, maka sampailah kepadanya bau wangi dan keindahannya. Dilapangkan kuburnya sejauh mata memandang, kemudian datang kepadanya seorang yang tampan wajahnya, bagus pakaiannya, wangi baunya. Lalu dia berkata: ‘Berbahagialah dengan perkara yang menyenangkanmu. Ini adalah hari yang dahulu kamu dijanjikan.’ Dia pun bertanya: ‘Siapa kamu? Wajahmu adalah wajah orang yang datang membawa kebaikan.’ Dia menjawab: ‘Aku adalah amalanmu yang shalih…” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala meneguhkan hati kita di atas kalimat tauhid hingga akhir hayat kita dan menyelamatkan kita dari berbagai fitnah (ujian) dunia dan fitnah kubur, serta memasukkan kita ke dalam jannah-Nya. Amin ya Rabbal ‘alamin.


Keadilan Allah Membagikan Rezki

http://dapalan.com/N91u


KEADILAN ALLAH MEMBAGIKAN REZEKI

Assalamu alaikum wr....wb
Keadilan Allah SWT Dalam Membagikan Rezeki Pada umumnya kita berpikir bahwa Allah SWT itu membagikan rezeki kepada manusia sama rata, "itulah yang adil". Pendapat ini dilontarkan oleh orang2 komunis. Padahal tidak seperti itu. Setidaknya ada empat ayat di dalam al-Quran yg menjelaskan ttg pembagian rezeki: 1. REZEKI TINGKAT PERTAMA (YANG DIJAMIN OLEH ALLAH) "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya" (QS. Hud/11: 6) Artinya Allah akan memberikan makan, minum untuk makhluk hidup di dunia ini. Ini adalah rezeki dasar yg terendah, seperti kita lihat orang2 yg tinggal di "pedalaman", mereka bisa tetap hidup tanpa ilmu. Mereka hidup sesuai dengan fitrah manusia yg diberikan oleh Allah. Sama dengan binatang2 dan makhluk Allah lainnya. Mereka tahu mencari makan, tahu berkembang biak, tahu melahirkan anak2nya dan tahu menjaga diri dari mangsanya. Itulah FITRAH DASAR dari Allah. 2. REZEKI TINGKAT KEDUA "Tidaklah manusia mendapat apa-apa, kecuali apa yg telah dikerjakannya" (QS. 53: 39) Allah SWT akan memberikan rezeki sesuai dengan apa yg dikerjakan. Jika seseorang bekerja dua jam, dapatlah hasil yg dua jam. Jika kerja lebih lama, lebih rajin, lebih berilmu, lebih sungguh2, ia akan mendapat lebih banyak. Dengan kata lain, jika seseorang ingin mendapatkan rezeki lebih banyak, ia haruslah belajar lebih banyak dan sungguh2 dalam bekerja. Tidak pandang apakah orang itu beriman atau kafir. Itulah keadilan Allah terhadap makhluk-Nya. 3. REZEKI TINGKAT KETIGA “... Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim/14: 7) Inilah rezeki yg disayang Allah. Orang2 yg pandai bersyukur akan dapat merasakan kasih sayang Allah. Sebagai contoh: Org yg pandai berterima kasih atas bantuan orang lain, akan mudah mendapat bantuan lainnya (sebagai tambahan), tapi jika ia tidak pandai berterima kasih atas bantuan yg sudah diterimanya, maka ia tidak akan dapat pertolongan lagi. Hidupnya akan susah lagi. Bukan Allah yg menghendaki, tapi ia sendiri yg tidak pandai bersyukur. Orang yg pandai bersyukur akan mendapat rezeki yg lebih banyak. Itulah janji Allah! Orang yg pandai bersyukurlah yg dapat hidup bahagia, sejahtera dan tentram. Usahanya akan sangat sukses, karena Allah tambahkan selalu. 4. REZEKI KE EMPAT (UNTUK ORANG2 BERIMAN DAN BERTAQWA) ".... Barangsiapa yg bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yg tiada disangka2nya. Dan barangsiapa yg bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq/65:2-3) Peringkat rezeki yg ke empat ini adalah rezeki yang istimewa, tidak semua orang bisa meraihnya. Orang istimewa ini (muttaqun) adalah org yg benar2 dicintai dan dipercaya oleh Allah untuk memakmurkan atau mengatur kekayaan Allah di bumi ini. Banyak pakar mengatakan bahwa rezeki yg tidak terbatas itu didapatkan dgn berwira-usaha, suatu bentuk usaha yg dijalankan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Sekiranya dalam suatu negeri terdapat banyak orang bertaqwa dan orang2 yg sukses berwira usaha, maka negeri itu akan makmur, lapangan kerja terbuka. Inilah janji Allah di dalam al-Qur'an: "Jikalau sekiranya penduduk negeri2 beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka dari langit dan bumi, tetapi mrk mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya" (QS. al-A'raf/7: 96) Rezeki yg ke empat ini hanya untuk orang2 yg betul2 bertaqwa kepada Allah SWT. Orang yg bertaqwa ini, di dunia mereka mendapat kemudahan2 atau sukses dari Allah, dan di akirat mereka mendapatkan syurga pula. "Sesungguhnya orang yang bertaqwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air yg mengalir. (Dan dikatakan kepada mereka): Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman". (QS. al-Hijr/15: 45) Namun, bagaimanapun: “Tidak setiap orang yang Kuberi nikmat dan Kulapangkan rezekinya berarti dia Kumuliakan, TIDAK! Dan tidak setiap orang yang Kumiskinkan berarti dia Kuhinakan, TIDAK! Justru yang satu Ku-uji dengan kesenangan, dan yang lain Ku-muliakan dengan cobaan”. (Tafsir QS. Al-Fajr/89: 15-16) Wallaahu a'lam...


Kenapa Doa Tidak dikabulkan

http://dapalan.com/N96B


KENAPA DOA TIDAK DIKABULKAN


“Berdo’alah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagi kalian.” demikian firman Allah memberikan garansi kepada seluruh manusia bahwa Dia akan memenuhi dan mengabulkan setiap doa-doa yang kita panjatkan. Namun pada kenyataannya lebih banyak doa yang tidak dikabulkan dari pada dikabulkan kenapa bisa demikian?

Berdoa adalah salah satu bentuk perwujudan hubungan hamba dengan Tuhan, dimana si hamba yang tiada berdaya memohon kepada Tuhan Yang Maha Segalanya sehingga si hamba selalu sadar bahwa dirinya adalah hamba yang senantiasa memerlukan Tuhan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hidupnya bahkan untuk hidupun dia memerlukan Tuhan. Merendahkan diri dihadapan Allah lewat doa dan munajat meskipun doa tidak dikabulkan Allah akan membuat kedudukan kita mulia dihadapan Allah sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia di hadapan Allah subhanahu daripada do’a.” (At Tirmidzi). Maka doa adalah ibadah untuk mendekatkan diri kita kepada Allah, semakin banyak kita berdoa maka akan semakin banyak pula ibadah dan semakin dekat kita dengan Allah.

Doa juga merupakan senjata bagi orang beriman yang dapat melawan musuh baik yang nyata maupun yang gaib. Rasulullah bersabda: “Manusia yang paling lemah adalah orang yang paling lemah dalam berdo’a dan manusia yang paling kikir adalah orang yang kikir dalam mengucapkan salam.” (HR. Ibnu Hibban).

Lewat doa Allah memberikan bantuan kepada hamba-Nya dalam menghadapi berbagai persoalan hidupnya. Doa yang dipanjatkan dalam keadaan benar-benar diperlukan biasanya akan lebih dikabulkan Allah SWT.

Guru Sufi menganjurkan murid-muridnya untuk selalu berdoa kepada Allah dan Beliau mengatakan siapa yang tidak mau berdoa maka dia tergolong jenis manusia yang sombong. Hal ini sesuai dengan firman Allah :

“Berdo’alah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagi kalian, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan dirinya dari beribadah (berdo’a) kepada-Ku akan masuk jahannam dalam keadaan hina.” (Ghafir: 60)

Dan Rasulullah SAW juga menegaskan dalam sebuah hadist :

“Barangsiapa yang tidak mau berdo’a (dalam riwayat lain: tidak mau meminta) kepada Allah subahanahu, niscaya Allah memurkainya.” (HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah dari sahabat Abu Hurairah).

Kenapa Doa Tidak Dikabulkan?

Sebenarnya bahasa yang lebih halus adalah kenapa Allah menunda doa kita? Dan sedemikian lamanya Tuhan menunda dan sedemikian banyak pula doa yang tertunda akhirnya kita mengambil kesimpulan bahwa Tuhan menolak doa kita. Sebelum berburuk sangka kepada Tuhan alangkah baiknya kita instropeksi diri, kira-kira apa yang menyebabkan Tuhan tidak mengabulkan doa kita :

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Tidaklah seorang muslim berdo’a dengan sesuatu yang bukan untuk suatu dosa atau memutuskan silaturrahmi melainkan pasti Allah akan memberikan salah satu dari tiga hal; disegerakan baginya pengabulannya, disimpan baginya di akhirat, atau dihindarkan darinya keburukan yang semisal dengannya.” (Shahih Al Adabul Mufrad no. 547, dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri )

Ibnu Hajar Al Asqalani berkata: “Setiap orang yang berdo’a akan dikabulkan, hanya saja pengabulan itu berbeda-beda. Terkadang dikabulkan sesuai dengan permintaan, terkadang pula diganti dengan sesuatu yang lain.

Anda mungkin sudah sering membaca hadist tersebut dan anda merasa itu hanya untuk menyenangkan orang-orang yang doanya tidak dikabulkan. Andai cara anda berdoa sudah benar, zikir terlebih dulu dalam waktu tertentu, sudah shalat hajat dan seluruh rukun syarat doa telah dipenuhi akan tetapi doa anda belum dikabulkan Tuhan, maka saya ingin mengajak anda melihat dari sudut pandang lain.

Tuhan pasti mengabulkan doa untuk sesuatu yang kita perlukan dan Dia belum tentu mengabulkan doa untuk sesuatu yang kita inginkan. Memerlukan dengan menginginkan adalah dua hal yang berbeda. Misalnya anda menginginkan sebuah mobil kemudian anda berdoa kepada Allah, namun sekian lama berdoa Allah belum memberikan anda mobil jangankan yang baru yang bekas pakai pun tidak diberikan Tuhan. Ada apa? Coba dengan jujur tanyakan pada diri anda, apakah anda memang benar-benar memerlukan mobil atau hanya inginkedudukan lebih tinggi dari tetangga yang hanya memiliki sepeda motor atau hanya sekedar ingin merasakan bagaimana enaknya memiliki sebuah mobil. Coba anda renungkan dalam-dalam, andai Tuhan memberikan sebuah mobil, apakah anda siap dengan kebutuhan bensin dan biaya perawatan mobil dan apakah keuangan anda saat ini benar-benar bisa mengatasinya? Apakah anda sudah menghitung uang yang akan anda keluarkan jika anda benar-benar memiliki mobil?

Berdoalah yang jelas..

Penyebab lain kenapa doa tidak dikabulkan karena doanya tidak jelas. Contohnya, “Ya Allah mudahkanlah rizki bagiku..” Kira-kira semudah apa rizki yang anda inginkan? :

- Sebelum meminta sudah di kabulkan.

- Berusaha sedikit tapi hasilnya banyak.

- Tuhan mengarahkan anda kepada sumber rizki.

- Tuhan memberikan anda semangat sehingga walaupun gagal tetap berusaha.

Dari 4 point sederhana tersebut, kira-kira jenis “mudah” seperti apa yang anda inginkan, kalau point pertama itu jelas hanya dimiliki oleh para kekasih Allah yang sebelum mereka meminta Allah sudah menyiapkan segalanya. Jadi, doa anda harus lebih jelas dan detail agar Tuhan mengabulkan dengan jelas dan detail.

Contoh doa lain, “Ya Allah, berikanlah aku kekayaan..” ini juga tergolong doa yang tidak jelas yang membuat para malaikat bingung untuk mengirim kekayaan kepada anda (bercanda). Kaya seperti apa yang anda inginkan, apakah kaya hati atau kaya materi? Yup! Anda memilih kaya materi, kaya seperti apa? Kalau anda hidup di desa dibalik desa yang jauh dari kota, memiliki sepeda motor dan punya rumah sederhana sudah dianggap kaya tapi kalau anda hidup dikota, dengan hanya punya sepeda motor anda akan tergolong orang biasa-biasa aja. Buat jenis kekayaan yang anda inginkan kemudian barulah anda meminta kepada Allah.

Doa yang baik adalah keinginan dari lubuk hati yang paling dalam dan anda bukan sekedar menginginkan tapi juga memerlukannya. Buatlah alasan keperluan anda ada hubungannya dengan Ketuhanan, misalnya Anda memerlukan sebuah kenderaan yang akan memudahkan anda dakwah atau memudahkan anda untuk berkarya dalam mengagungkan nama-Nya. Paling tidak juan anda anda memohon agar diberikan kenderaan agar keluarga anda bisa bersyukur atas nikmat dan karunia Allah.

Doa PASTI DIKABULKAN!

Guru Sufi memberikan Nasehat : “Yakinlah engkau akan hasil PASTI tiap-tiap usaha spiritual (Doa, Shalat, Dzikir dll) akan tetapi engkau harus memiliki kesabaran untuk menantikan hasil-hasilnya”. Tuhan pasti mengabulkan doa yang anda panjatkan, iringi dengan zikir dalam waktu tertentu, ditambah dengan puasa dan dilakukan secara terus menerus niscaya Allah akan mengabulkan doa anda. Saya selalu membayangkan rahmat Allah berupa apapun baik materi maupun non materi seperti air PAM yang terus menerus mengalir kerumah kita. Kapanpun kran dibuka maka air tersebut akan mengalir kepada kita. Selama kran ditutup maka air yang seharusnya memang mengalir mengikuti hukumnya tidak akan mengalir sama sekali. Tanpa sadar seringkali kita menutup diri dengan Tuhan sehingga rahmat dan karunia Tuhan yang setiap saat menunggu di depan pintu ikut tertutup. Bukalah penutup itu dengan doa, dzikir, shalat hajat dan ikhtiar agar semua karunia itu bisa mengalir kepada anda. Demikian…




Sholat Khusuk

http://dapalan.com/N9AW


SHALAT KHUSUK
SHALAT KHUSYUK SALAH KAPRAH


bagaimana shalat bisa menjadi khusyuk, apakah kita bisa melaksanakan shalat khusyuk dan ada juga yang berpendapat bahwa hanya nabi Muhammad SAW berserta sahabat-sahabatnya dan ulama salafush shalih saja yang benar-benar bisa melaksanakan shalat dengan khusyuk selain dari mereka tidak ada yang bisa melaksanakan shalat khusyuk.

Terhadap pendapat terakhir saya kurang setuju karena kalau memang cuma Nabi dan para sahabat yang bisa shalat khusyuk maka hampir semua orang dimuka bumi ini akan masuk neraka wail, dengan demikian fungsi Al-Qur’an dan hadist sia-sia, juga peran ulama sebagai penyambung dakwah dan sebagai pewaris ilmu nabi juga tidak akan berguna sama sekali.

Khusyuk menurut Guru Ngaji Saya

Saya masih ingat ketika masih kelas 1 SMP waktu itu masih berumur 12 tahun, saya diajarkan cara shalat khusyuk oleh guru ngaji. Beliau mengatakan untuk bisa mencapai shalat khusyuk kita harus mengetahui makna dari ayat-ayat yang dibaca dalam shalat, kemudian harus kita hayati dalam hati. Antara ucapan dan gerak badan harus selaras, mengucapkan harus benar-benar masuk kedalam hati bukan hanya di bibir saja. Kemudian Beliau memberikan tanda-tanda shalat kita itu sudah khusyuk. Ketika mata kita menatap ke sajadah perhatikan dalam-dalam, nanti akan ada bayangan bulat samara-samar, saat itulah shalat kita menjadi khusyuk.

Saya meyakini apa yang diajarkan oleh guru ngaji saya, saat muncul bayangan bulat itu saya sangat senang karena saya yakin sekali kalau shalat saya sudah mencapai tahap khusyuk dan ketika bayangan itu tidak muncul maka saya jadi sedih. Saya yakin sekali apa yang diajarkan oleh guru ngaji, karena beliau adalah alumni salah satu pasantren terkenal di daerah saya.

Metode shalat khusyuk yang disampaikan oleh ustad saya itu tidak ada bedanya dengan metode pelatihan shalat khusyuk yang disampaikan oleh ustad Abu Sangkan. Setiap sore saya menyempatkan diri untuk menonton acara di Metro TV tentang pelatihan shalat khusyuk yang dibawakan oleh ustad Abu Sangkan.

Seperti juga guru ngaji saya dulu, Abu Sangkan berkeyakinan bahwa shalat khusyuk itu identik dengan ketenangan dan hilangnya kesadaran. Abu Sangkan mengatakan bahwa ketika bertakbiratul ihram kita harus membuang ingatan kita terhadap apapun. “Tidak ada Guru Mursyid, tidak ada Syekh Tarikat dan tidak ada zikir yang ada hanyalah Allah semata-mata”. Persis sekali yang diajarkan oleh guru ngaji saya, cuma Abu sangkan menyampaikannya lebih lengkap disertai dengan kajian-kajian ilmiah. Apa memang demikian shalat khusyuk?

Shalat khusyuk bukanlah mengosongkan pikiran seperti dalam meditasi yoga, karena kalau kita memaksakan pikiran untuk kosong pada saat itulah timbul nafsu kita dan syetan sangat halus dan sangat lihai untuk menyusup di alam bawah sadar kita. Sama juga orang yang mencapai shalat khusyuk lewat alat-alat elektronik, mendengarkan lagu yang dibuat khusus agar kerja otak menjadi berimbang antara kiri dan kanan. Cara seperti ini memang akan mencapai ketenangan akan tetapi kita juga harus pertanyakan lagi apakah memang ketenangan seperti itu yang dinamakan khusyuk, dan apakah memang demikian yang dikehendaki oleh Allah SWT?

Khusyuk di atas dengan berbagai jenis pelatihan bagaimanapun masih pada tataran akal dan kita merasa khusyuk menurut sendiri. Ustad Abu Sangkan menulis buku dengan judul “Spiritual Salah Kaprah” untuk mengkritik ESQ, pelatihan lewat musik untuk menstimulasi otak yang bersifat instant dan kita tidak pernah bisa mencapai kesempurnaan spiritual yang dilakukan oleh kaum sufi, demikian pendapat Abu Sangkan.

Menurut saya pelatihan shalat khusyuk yang diperkenalkan oleh Abu Sangkan juga masih dalam tataran otak dan pemikiran, karena menafikan sama sekali fungsi Mursyid dan sudah pasti yang di dapat bukan Nur Allah akan tetapi ketenangan yang tidak tahu berasal dari unsur apa. Berbicara masalah rasa (tenang, damai, dll) itu masih bersifat sangat subjektif. Maka saya menyebutkan pelatihan khusyuk ala Abu Sangkan sebagai Shalat Khusyuk Salah Kaprah.



Khusyuk Menurut Sufi

Menurut golongan sufi, khusyuk itu bukan tidak mengingat sesuatu, akan tetapi seseorang dikatakan khusyuk apabila dia terus menerus bisa memandang wajah Allah SWT. Kalau kita ingin menghilangkan pikiran terhadap hal-hal yang bersifat kebendaan bukan berarti kita mengosongkan pikiran sama sekali karena di dunia ini tidak ada yang kosong. Setiap yang kosong itu mesti di isi oleh dua unsur; Haq atau Bathil.

Shalat khusyuk adalah kondisi dimana sang hamba bisa berdialog dengan Tuhannya di alam rabbani, maka disebutkan “Shalat itu adalah Mi’raj bagi orang mukmin”. Pada saat shalat maka rohani kita akan terangkat ke Alam Rabbani, alam yang ada hanya Allah SWT.

Mengingat wajah Muryid dalam shalat bagi seorang pemula jauh lebih terbimbing sebelum seseorang mencapai maqam makrifat dari pada mengosongkan fikiran yang justru sangat mudah disusupi oleh syetan tanpa kita sadari. Wajah Guru Mursyid yang kamil mukamil dan khalis mukhlisin tidak akan bisa ditiru oleh syetan dan kalau ada syetan yang mencoba meniru wajah Mursyid akan langsung terbakar. Jangankan Guru Mursyid, photonya saja tidak akan bisa didekati oleh jin dan sejenisnya termasuk para dukun yang menyembah jin. Kalau seorang Guru Muryid belum mencapai tahap itu berarti kadar dan keotentikan kemursyidannya perlu dipertanyakan lagi.

Kunci pertama untuk bisa mencapai shalat khusyuk adalah Makrifatulllah, mengetahui hakikat Allah sehingga selalu bisa berdialog dalam shalat. Tanpa mencapai tahap makrifat bagaimanapun canggihnya pelatihan shalat tidak akan mencapai shalat khusyuk yang sesungguhnya karena dalam hati masih bersemayang dan berbisik-bisik syetan yang sangat berbahaya seperti yang disebutkan dalam surat An-Naas.

Bagi pengamal Tarikat, bermakrifat kepada mursyid merupakan awal dari tercapainya shalat khusyuk karena sesungguhnya makrifat kepada Mursyid adalah awal dari makrifat kepada Allah. Daripada anda mengeluarkan biaya yang banyak untuk pelatihan shalat khusyuk dan belum tentu mencapai alam Tuhan lebih baik anda berbaiat kepada salah seorang Guru Muryid yang akan membimbing anda kehadirat Allah SWT. Pelatihan shalat khusyuk mungkin diperlukan oleh orang-orang yang tidak menekuni Tarikatullah agar shalatnya lebih tenang. Pelatihan ini tidak diperlukan sama sekali bagi orang yang telah mempunyai Guru Mursyid apalagi yang telah mencapai tahap makrifat. Apabila anda telah bermakrifat (berjumpa) dengan Allah SWT masih perlukah anda berlatih shalat khusyuk?

Berlatih sopan santun tata cara menghadap Raja hanya diperlukan bagi orang yang akan berjumpa dengan Raja, pelatihan itu tidak diperlukan lagi bagi orang yang telah duduk bercengkerama bersama Raja, karena segala aturan terserah kepada Raja. Mengatur tutur kata berbicara dengan Raja diperlukan oleh orang yang akan menjumpai raja dan tidak akan diperlukan oleh orang yang berulangkali berjumpa dengan raja, karena segala dialog itu terserah kepada kehendak Raja.

Semoga Maharaja Manusia akan selalu memberikan kita kesempatan kepada kita untuk terus bisa singgah di istana-Nya, menikmati perjamuan-Nya dan bisa melayani tamu-Nya. Amien ya Rabbal ‘Alamin


Sholat Tasbih

http://dapalan.com/N9Dy



PENGIJAZAHAN KEMBALI AMALAN MAJELIS TASBIH

==DOA YANG PALING MUJARAB ADALAH DOA YANG DIJADIKAN KEBIASAAN DAN CARA HIDUP SEHARI-HARI==

Amalan ini adalah ijazah dari KH UMAR SUDARMIN DANUSUBROTO, Pendiri MAJELIS TASBIH di Jakarta yang telah menghadap Ilahi pada 6 April 1994 dan kami meneruskan pengijazahan beliau kepada sedulur KWA yang ingin mengamalkannya. Salah seorang kyai yang telah mengamalkan ijazahan dari KH Umar Sudarmin Danusubroto adalah KH Solahudin Wahid (Gus Sholah), adik kandung Gus Dur.

KH Solahidin Wahid bercerita: ”Saya punya pengalaman, ketika mengikuti majelis dzikir di bawah pimpinan almarhum Haji Umar Danusubroto (1991-1994), beliau mengatakan kalau saat kita berdzikir dan berdoa di majelis itu dan tercium bau harum, itu artinya ruh Rasulullah SAW hadir. Saya saat itu antara percaya dan tidak apa yang beliau katakan. Mungkin ada yang mengatakan itu musyrik. Tentu itu hak setiap orang. Tetapi bagi saya, walaupun itu tidak rasional, mungkin saja terjadi. Allah mengatakan bahwa kita tidak diberi tahu tentang ruh kecuali sedikit. Kalau itu dikatakan musyrik, bagaimana bisa banyak orang yang ahli maksiat (judi, mabuk, zina) berubah 180 derajat menjadi ahli ibadah yang amat tekun, setelah mengikuti majelis dzikir itu? Saya sendiri setelah mengikuti majelis dzikir itu sampai Haji Umar wafat (1994), bisa memperoleh ketenangan dan berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah.

Tradisi bernuansa tasawwuf, menurut Gus Sholah, juga banyak dijalankan oleh ulama Hadramaut. Riwayat tentang karomah wali banyak kita dengar. Salah satu yang menarik ialah riwayat Sayyidina Ali Kholi’ Qosam. Beliau menjadi imam shalat dan ketika membaca tahiyyat pada kalimat “assalamu alaika ayyuhan nabiyyu…”, segera setelah itu terdengar suara menjawab salam itu. Suara itu terdengar jelas oleh jamaah dan dianggap sebagai suara Rasulullah SAW. Itu sering terjadi sehingga masjid tempat Ali Kholi’ Qosam menjadi imam dikunjungi orang dari berbagai tempat”

Pengalaman-pegalaman lainnya pengamal:
1. Ratusan/ribuan orang jamaah Majelis Tasbih telah merasakan manfaat bahwa apa yang dihajatkan akan dikabulkan oleh Allah SWT setelah melaksanakan amalan ini. Diantara kesaksian mereka adalah…
2. KH Drs Ali Imran, setelah melaksanakan amalan ini selama 40 hari berturut-turut sembuh total dari penyakit yang berat yaitu lumpuh.
3. Drs Haryanto yang mengidap diabetes akut sembuh setelah mengamalkan selama 40 hari berturut-turut
4. Ir Manan asal Kalimantan di dalam tubuh gaibnya terbuka hingga tidak kurang dari enam juta jin bersemayam di tubuhnya. Setelah melaksanakan amalan ini selama 40 hari akhirnya normal seperti sedia kala dan mendapatkan benteng gaib atas ijin Allah SWT.
5. Sdr Bahagianto mengalami tetanus hingga harapan hidupnya tinggal 10 persen, alhamdulilllah bisa sembuh total atas ijin Allah SWT setelah melaksanakan amalan ini. H Sunoto mengalami kecelakaan mobil yang parah dan secara logika tidak mungkin tertolong lagi. Atas kehendak-NYA dalam waktu singkat sembuh normal tanpa cacat
6. Sdr Abdurrachman M, mengalami penyakit yang parah. Dokter sudah angkat tangan bahkan sudah dibawa pulang dari rumah sakit. Alhamdulillah atas kebesaran-NYA akhirnya sembuh kembali setelah melakukan amalan ini.
7. Seorang jamaah yang tertipu ratusan juta rupiah dan setelah melaksanakan amalan ini uangnya kembali penuh
8. Dua pendeta masuk Islam setelah diajak seorang yang mengamalkan amalan ini. Dua pendeta tersebut adalah Leonard ganti nama menjadi Moh Rasyid, dan James Colleshaw ganti nama menjadi Moh Hafiz.
9. Tidak terhitung berapa jumlah pengamal yang kemudian menjadi juru sembuh alternatif, ahli hikmah, kyai dll..

FADHILAH:
Semua hajat hidup yang anda niatkan untuk mencari Ridho Allah SWT seperti REZEKI LANCAR, ingin cepat jodoh, pengen punya keturunan, kesembuhan penyakit, doa-doa cepat diijabah, ingin naik haji (insya allah bisa sampai 7 x naik haji) melihat mendengar mendapatkan petunjuk gaib, pengusiran jin yang mengganggu, pageran dan pengobatan teluh tenung santet, booster power inner energy metafisis, kekebalan semua senjata dan lain sebagainya.

Petunjuk Allah SWT setelah melakukan amalan ini biasanya berupa tanda-tanda, kadang berupa suara batin yang cocok dengan kenyataan. Contoh: orang sakit diganggu oleh khodam keris pusaka, jimat yang mengandung makhluk halus/jin maka dia diberi petunjuk dan cara untuk menetralisir penyakitnya. Jimat perlu dibakar, keris pusaka yang rusak perlu dimusnahkan/dibuang ke laut. Keris yang masih utuh, batu-batu arca, patung disimpan.

Perbedaan dengan metode lain: Metode ini tidak menggunakan bantuan roh manusia, roh binatang, jin, khodam dll serta tidak mendatangkan perantara/wasilah melalui kekuatan yang tersembunyi dari gaib tersebut. Metode amalan ini adalah DOA langsung kepada Allah SWT, yaitu melalui sholat dan kita ketahui bahwa inti sholat adalah DOA. Ingat bahwa DOA YANG PALING MUJARAB ADALAH DOA YANG DIJADIKAN PERILAKU DALAM HIDUP SEHARI-HARI.

APA ITU SHOLAT TASBIH?
“Sholat tasbih ini adalah merupakan sholat yang pernah dilakukan oleh Rosulullah Saw, makanya kalau bisa alangkah baiknya bagi orang Islam untuk melakukannya minimal dalam seminggu sekali atau kalau tidak mampu mungkin dalam sebulan cukup sekali”. (Ihya’ Ulumiddin, Imam Ghozali).

Sholat tasbih adalah sunnah dasarnya hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam kitab sholat bab sholat tasbih, Imam Turmuzi, Ibnu Majjah dalam kitab Iqoomah Assholah bab sholat tasbih, Ibnu Khuzaimah, Imam Baihaqi dalam bab sholat tasbih, Imam Thobroni dalam Mu’jam Alkabir dari Ibnu Abbas dan Abu Rofi’ bahwa dalam syarah hadis, Nabi telah menjelaskan kepada pamannya Abbas Bin Abdul Mutholib suatu amalan yang mana kalau dikerjakan oleh beliau dapat menyebabkan diampuni dosannya baik yang akan datang maupun yang telah lewat, salah satu amalan tersebut adalah sholat tasbih.

IJAZAHAN AMALANNYA:
1. 7 Hari atau paling bagus 40 hari Sholat Maghrib disambung Isya berjamaah secara khusyuk tanpa putus Bila putus perlu mengilanginya mulai awal. (Silahkan mengajak teman/keluarga/ tetangga untuk berjamaah boleh di rumah, mushola, langgar, masjid).
2. Khusus pada Kamis malam Jumat: Sholat Maghrib disambung Sholat Isya ditambah SHOLAT TASBIH.
3. Lanjutkan dengan doa (dibawah) dan alangkah eloknya bila ditambah dengan melaksanakan tawasul mengirim alfatihah kepada sohibul ijazah
4. Selama mengamalkan diajurkan memakai pakaian (baju) putih, sorban/ penutup kepala putih dan wangi-wangian sekedarnya.
5. Memulai rangkaian amalan yaitu para hari Jumat.

SYARAT:
Selama mengamalkan harus suci tingkah laku, ucapan batin, tidak boleh membunuh/menyakiti binatang, tidak boleh bohong, serakah, mengucapkan kata-kata yang dilarang Allah SWT. Tidak boleh meminta imbalan dan jasa kepada orang lain. Tangan kanan tidak boleh memegang alat vital/barang najis jadi hanya untuk memegang barang yang suci dari najis.

TATA CARA SHOLAT TASBIH
Shalat sunat tasbih adalah shalat sunat yang di dalamnya dibacakan kalimat tasbih sebanyak 300 kali. Tata cara sholat tasbih:

Niat shalat tasbih:
USHALLII SUNNAT TASBIHI RAK’ATAINI LILLAAHI TA’AALAA.
Artinya: “Aku niat shalat sunat tasbih dua rakaat, karena Allah.”

Tata Cara
Shalat tasbih dilakukan 4 raka’at (jika dikerjakan siang maka 4 raka’at dengan sekali salam, jika malam 4 raka’at dengan dua salam ) sebagaimana shalat biasa dengan tambahan bacaan tasbih yaitu:


SUBHÂNALLÂH WALHAMDULILLÂH WA LÂILÂHA ILLALLÂH WALLÂHU AKBAR
pada saat-saat berikut:
1 Setelah pembacaan surat al fatihah dan surat pendek saat berdiri (15 x)
2 Setelah tasbih ruku’ (Subhana rabiyyal adzim…) (10 x)
3 Setelah I’tidal (10 x)
4 Setelah tasbih sujud pertama (Subhana rabiyyal a’la…) (10 x)
5 Setelah duduk diantara dua sujud (10 x)
6 Setelah tasbih sujud kedua (10 x)
7 Setelah duduk istirahat sebelum berdiri (atau sebelum salam tergantung pada raka’at keberapa) (10 x)
Jumlah total satu raka’at (75 kali)
Jumlah total empat raka’at = 4 X (75 kali)
= 300 kali

AMALAN TAMBAHAN (diamalkan lebih baik, tidak juga tidak apa-apa)=
setelah sujud terakhir setelah membaca tasbih membaca doa sebagai berikut:
### SUBHANA MAN LABISAL IZZA WAL WAQAR, SUBHANA MAN TA’ATHTHAFA BIL MAJDI WA TAKARRAM BIHI, SUBHANA MAN LAA YANBAGHIT TASBÎHU ILLA LAHU, SUBHANA MAN AHSHA KULLA SYAIN ILMUHU, SUBHANA DZIL MANNI WAN NI’AMI, SUBHANA DZIL QUDRATI WAL KARAM. ALLAHUMMA INNI AS-ALUKA BI-MAAQIDIL IZZI MIN ‘ARSYIK(A), WA MUNTAHAR RAHMATI MIN KITABIKA, WASMIKAL AZHAMI WA KALIMATIKAT TAMMAH ALLATI TAMMAT SHIDQAN WA ‘ADLA, SHALLI ALA MUHAMMADIN WA AHLI BAYTIHI WAF’AL BI KADZA WA KADZA ###

Maha Suci Yang Memakai pakaian kehormatan dan keagungan. Maha Suci Yang Memakai busana kemuliaan. Maha Suci Yang tidak layak pensucian kecuali pada-Nya. Maha Suci yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Maha Suci Yang Memiliki semua karunia dan kenikmatan. Maha Suci Yang Memiliki kekuasan dan kemuliaan. Ya Allah, aku memohon pada-Mu dengan keagungan ‘arasy-Mu, puncak rahmat kitab-Mu, nama-Mu yang agung, dan kalimat-kalimat-Mu yang sempurna yang mencakup kebenaran dan keadilan, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, dan lakukan padaku … (sampaikan hajat Anda).

Setelah salam angkatlah tangan Anda sambil membaca dengan tidak bernafas:
YA ROBBI YA ROBBI YA ROBBAHU YA ROBBAHU YA ROBBI YA ROBBI YA ALLAH YA ALLAH YA HAYYU YA HAYYU YA RAHIM YA RAHIM

lanjutkan dengan wirid (boleh bernafas)
YA RAMANU YA RAHMAN (7 x) YA ARHAMAR RAHIMIN (7 x)

Kemudian akhiri dengan doa:
### ALLAHUMMA INNI AFTATIHUL QAWLA BIHAMDIKA, WA ANTHIQU BITS-TSANAI ALAYKA, WA AMJIDUKA WALA GHAYATA LIMADHIKA WA ATSNA ALAYKA, WA MAN YABLAGHU GHAYATA TSANAIKA WA AMADDU MAJDAKA, WA INNI LIKHALIQATIKA KUNHU MA’RIFATI MAJDIKA. WA AYYU ZAMANIN LAM TAKUN MAMDUHAN BIFADHLIKA, AWWADAN ‘ALAL MUDZNIBINA BIHILMIKA. TAKHLUFU SUKKANU ARDHIKA ‘AN THA’ATIKA FAKUNTA ALAYHIM ATHUFAN BIJUDIKA, JAWWADAN BI- FADHLIKA, AWWADAN BIKARAMIKA, YAA LAILAHA ILLA ANTAL MANNANU DZUL JALALI WAL IKRAM ###
Ya Allah, aku memulai ucapanku dengan puji-Mu, bicaraku dengan puja-Mu, dan aku memuliakan-Mu. Tak akan berakhir puja dan puji-Mu. Aku memuji-Mu dan orang yang mencapai puncak pujian-Mu tak akan berhenti memuliakan-Mu, sementara aku adalah makhluk-Mu, mengenal kemuliaan-Mu. Sampai kapan pun Engkau selalu dipuji dengan karunia-Mu, disifati dengan kemuliaan-Mu, menjadi tempat kembali orang-orang yang berdosa dengan kebijaksaan-Mu. Walaupun penghuni bumi menyimpang dari ketaatan pada-Mu, tetapi Engkau tetap menyayangi mereka dengan kedermawanan-Mu, Engkau terima kedatangan mereka dengan kemuliaan-Mu, wahai yang tiada Tuhan kecuali Engkau Yang Maha Memberi karunia, Yang Memiliki keagungan dan kemuliaan.