http://dapalan.com/N8ul
AZAB KUBUR
Sebab-sebab Seorang Mendapat Azab
Kubur
Banyak sekali hal-hal yang menyebabkan seseorang mendapatkan adzab kubur.
Sampai-sampai Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam kitabnya Ar-Ruh
menyatakan: “Secara global, mereka diadzab karena kejahilan mereka tentang
Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak melaksanakan perintah-Nya, dan karena
perbuatan mereka melanggar larangan-Nya. Maka, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak
akan mengadzab ruh yang mengenal-Nya, mencintai-Nya, melaksanakan perintah-Nya,
dan meninggalkan larangan-Nya.
Demikian juga, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengadzab satu badan pun
yang ruh tersebut memiliki ma’rifatullah (pengenalan terhadap Allah)
selama-lamanya. Sesungguhnya adzab kubur dan adzab akhirat adalah akibat
kemarahan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kemurkaan-Nya terhadap hamba-Nya. Maka
barangsiapa yang menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala marah dan murka di dunia
ini, lalu dia tidak bertaubat dan mati dalam keadaan demikian, niscaya dia akan
mendapatkan adzab di alam barzakh sesuai dengan kemarahan dan kemurkaan-Nya.”
(Ar-Ruh hal. 115)
Di antara sebab-sebab adzab kubur secara terperinci adalah sebagai berikut:
1. Kekafiran dan kesyirikan.
Sebagaimana adzab yang menimpa Fir’aun dan bala tentaranya. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta
kaumnya dikepung oleh adzab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka
pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada
malaikat): ‘Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras’.”
(Ghafir: 45-46)
2. Kemunafikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-orang
munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam
kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kamilah yang
mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan
dikembalikan kepada adzab yang besar.” (At-Taubah: 101)
3. Tidak menjaga diri dari air kencing dan mengadu domba.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan. Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya keduanya sedang diadzab, dan tidaklah
keduanya diadzab disebabkan suatu perkara yang besar (menurut kalian). Salah
satunya tidak menjaga diri dari percikan air kencing, sedangkan yang lain suka
mengadu domba antara manusia.” Beliau lalu mengambil sebuah pelepah kurma yang
masih basah, kemudian beliau belah menjadi dua bagian dan beliau tancapkan satu
bagian pada masing-masing kuburan. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah,
mengapa engkau melakukan hal ini?” Beliau menjawab: “Mudah-mudahan diringankan
adzab tersebut dari keduanya selama pelepah kurma itu belum kering.”
(Muttafaqun ‘alaih dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma)
4. Ghibah.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tatkala Rabbku memi’rajkanku (menaikkan ke langit), aku melewati beberapa kaum
yang memiliki kuku dari tembaga, dalam keadaan mereka mencabik-cabik wajah dan
dada mereka dengan kukunya. Maka aku bertanya: ‘Siapakah mereka ini wahai
Jibril?’ Dia menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang memakan daging (suka
mengghibah) dan menjatuhkan kehormatan manusia’.” (HR. Ahmad, dishahihkan
Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 533. Hadits ini juga dicantumkan
dalam Ash-Shahihul Musnad karya Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu)
5. Niyahah (meratapi jenazah).
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda:
“Sesungguhnya mayit itu akan diadzab karena ratapan keluarganya.” (Muttafaqun
‘alaih)
Dalam riwayat lain dalam Shahih Muslim:
“Mayit itu akan diadzab di kuburnya dengan sebab ratapan atasnya.”
Jumhur ulama berpendapat, hadits ini dibawa kepada pemahaman bahwa mayit yang
ditimpa adzab karena ratapan keluarganya adalah orang yang berwasiat supaya
diratapi, atau dia tidak berwasiat untuk tidak diratapi padahal dia tahu bahwa
kebiasaan mereka adalah meratapi orang mati. Oleh karena itu Abdullah ibnul
Mubarak rahimahullahu berkata: “Apabila dia telah melarang mereka (keluarganya)
meratapi ketika dia hidup, lalu mereka melakukannya setelah kematiannya, maka
dia tidak akan ditimpa adzab sedikit pun.” (Umdatul Qari’, 4/78)
Adzab di sini menurut mereka maknanya adalah hukuman. (Ahkamul Jana’iz, hal.
41)
Selain sebab-sebab di atas, ada beberapa hal lain yang akan disebutkan dalam
pembahasan Macam-macam Adzab Kubur.
Apakah Adzab Kubur itu Terus-Menerus?
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu berkata: “Jawaban
terhadap pertanyaan ini:
1. Adzab kubur bagi orang-orang kafir terjadi terus-menerus dan tidak mungkin
terputus karena mereka memang berhak menerimanya. Seandainya adzab tersebut
terputus atau berhenti, maka kesempatan ini menjadi waktu istirahat bagi
mereka. Padahal mereka bukanlah orang-orang yang berhak mendapatkan hal itu.
Maka, mereka adalah golongan orang-orang yang terus-menerus dalam adzab kubur sampai
datangnya hari kiamat, walaupun panjang masanya.
2. Orang-orang beriman yang berbuat maksiat, Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengadzab mereka dengan sebab dosa-dosanya. Di antara mereka ada yang diadzab
terus-menerus, ada pula yang tidak. Ada yang panjang masanya, ada pula yang
tidak, tergantung dosa-dosanya serta ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Syarh
Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah, 2/123)
Macam-macam Adzab Kubur
1. Diperlihatkan neraka jahannam.
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang.” (Ghafir: 46)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya apabila salah seorang di antara kalian mati maka akan ditampakkan
kepadanya calon tempat tinggalnya pada waktu pagi dan sore. Bila dia termasuk
calon penghuni surga, maka ditampakkan kepadanya surga. Bila dia termasuk calon
penghuni neraka maka ditampakkan kepadanya neraka, dikatakan kepadanya: ‘Ini
calon tempat tinggalmu, hingga Allah Subhanahu wa Ta’ala membangkitkanmu pada
hari kiamat’.” (Muttafaqun ‘alaih)
2. Dipukul dengan palu dari besi.
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Adapun orang kafir atau munafik, maka kedua malaikat tersebut bertanya
kepadanya: “Apa jawabanmu tentang orang ini (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam)?” Dia mengatakan: “Aku tidak tahu. Aku mengatakan apa yang dikatakan
orang-orang.” Maka kedua malaikat itu mengatakan: “Engkau tidak tahu?! Engkau
tidak membaca?!” Kemudian ia dipukul dengan palu dari besi, tepat di wajahnya.
Dia lalu menjerit dengan jeritan yang sangat keras yang didengar seluruh
penduduk bumi, kecuali dua golongan: jin dan manusia.” (Muttafaqun ‘alaih)
3. Disempitkan kuburnya, sampai tulang-tulang rusuknya saling bersilangan, dan
didatangi teman yang buruk wajahnya dan busuk baunya.
Dalam hadits Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu yang panjang, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang orang kafir setelah mati:
“Gelarkanlah untuknya alas tidur dari api neraka, dan bukakanlah untuknya
sebuah pintu ke neraka. Maka panas dan uap panasnya mengenainya. Lalu
disempitkan kuburnya sampai tulang-tulang rusuknya berimpitan. Kemudian
datanglah kepadanya seseorang yang jelek wajahnya, jelek pakaiannya, dan busuk
baunya. Dia berkata: ‘Bergembiralah engkau dengan perkara yang akan menyiksamu.
Inilah hari yang dahulu engkau dijanjikan dengannya (di dunia).’ Maka dia
bertanya: ‘Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan kejelekan.’
Dia menjawab: ‘Aku adalah amalanmu yang jelek.’ Maka dia berkata: ‘Wahai
Rabbku, jangan engkau datangkan hari kiamat’.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i, Ibnu
Majah dan Al-Hakim)
4. Dirobek-robek mulutnya, dimasukkan ke dalam tanur yang dibakar, dipecah
kepalanya di atas batu, ada pula yang disiksa di sungai darah, bila mau keluar
dari sungai itu dilempari batu pada mulutnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Jibril dan Mikail
‘alaihissalam sebagaimana disebutkan dalam hadits yang panjang:
“Beritahukanlah kepadaku tentang apa yang aku lihat.” Keduanya menjawab: “Ya.
Adapun orang yang engkau lihat dirobek mulutnya, dia adalah pendusta. Dia
berbicara dengan kedustaan lalu kedustaan itu dinukil darinya sampai tersebar
luas. Maka dia disiksa dengan siksaan tersebut hingga hari kiamat. Adapun orang
yang engkau lihat dipecah kepalanya, dia adalah orang yang engkau lihat dipecah
kepalanya, dia adalah orang yang telah Allah ajari Al-Qur’an, namun dia tidur
malam (dan tidak bangun untuk shalat malam). Pada siang hari pun dia tidak
mengamalkannya. Maka dia disiksa dengan siksaan itu hingga hari kiamat. Adapun
yang engkau lihat orang yang disiksa dalam tanur, mereka adalah pezina. Adapun
orang yang engkau lihat di sungai darah, dia adalah orang yang makan harta dari
hasil riba.” (HR. Al-Bukhari no. 1386 dari Jundub bin Samurah radhiyallahu
‘anhu)
5. Dicabik-cabik ular-ular yang besar dan ganas.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tiba-tiba aku melihat para wanita yang payudara-payudara mereka dicabik-cabik
ular yang ganas. Maka aku bertanya: ‘Kenapa mereka?’ Malaikat menjawab: ‘Mereka
adalah para wanita yang tidak mau menyusui anak-anaknya (tanpa alasan
syar’i)’.” (HR. Al-Hakim. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu dalam Al-Jami’ush
Shahih berkata: “Ini hadits shahih dari Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu
‘anhu.”)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Amalan yang Menyelamatkan dari Adzab Kubur
Setelah memberitahukan dahsyatnya adzab kubur dan sebab-sebab yang akan
menyeret ke dalamnya, baik melalui firman-Nya ataupun melalui lisan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia, dengan rahmat dan keutamaan-Nya,
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberitahukan amalan-amalan yang akan
menyelamatkan dari adzab kubur tersebut.
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata: “Sebab-sebab yang akan
menyelamatkan seseorang dari adzab kubur terbagi menjadi dua:
1. Sebab-sebab secara global.
Yaitu dengan menjauhi seluruh sebab yang akan menjerumuskan ke dalam adzab
kubur sebagaimana yang telah disebutkan.
Sebab yang paling bermanfaat adalah seorang hamba duduk beberapa saat sebelum
tidur untuk mengevaluasi dirinya: apa yang telah dia lakukan, baik perkara yang
merugikan maupun yang menguntungkan pada hari itu. Lalu dia senantiasa
memperbarui taubatnya yang nasuha antara dirinya dengan Allah Subhanahu wa
Ta’ala, sehingga dia tidur dalam keadaan bertaubat dan berkemauan keras untuk
tidak mengulanginya bila nanti bangun dari tidurnya. Dia lakukan itu setiap
malam. Maka, apabila dia mati (ketika tidurnya itu), dia mati di atas taubat.
Apabila dia bangun, dia bangun tidur dalam keadaan siap untuk beramal dengan
senang hati, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menunda ajalnya hingga dia
menghadap Rabbnya dan berhasil mendapatkan segala sesuatu yang terluput. Tidak
ada perkara yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba daripada taubat ini. Terlebih
lagi bila dia berzikir setelah itu dan melakukan sunnah-sunnah yang datang dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika dia hendak tidur sampai
benar-benar tertidur. Maka, barangsiapa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
kehendaki kebaikan baginya, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan berikan
hidayah taufik untuk melakukan hal itu. Dan tiada kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Sebab-sebab terperinci.
Di antaranya:
- Ribath (berjaga di pos perbatasan wilayah kaum muslimin) siang dan malam.
Dari Fadhalah bin Ubaid radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
“Setiap orang yang mati akan diakhiri/diputus amalannya, kecuali orang yang
mati dalam keadaan ribath di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amalannya akan
dikembangkan sampai datang hari kiamat dan akan diselamatkan dari fitnah
kubur.” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud)
- Mati syahid.
Dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
“Orang yang mati syahid akan mendapatkan enam keutamaan di sisi Allah Subhanahu
wa Ta’ala: diampuni dosa-dosanya dari awal tertumpahkan darahnya, akan melihat
calon tempat tinggalnya di surga, akan diselamatkan dari adzab kubur, diberi
keamanan dari ketakutan yang sangat besar, diberi hiasan dengan hiasan iman,
dinikahkan dengan bidadari, dan akan diberi kemampuan untuk memberi syafaat
kepada 70 orang kerabatnya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah. Al-Albani
berkata dalam Ahkamul Jana’iz bahwa sanadnya hasan)
- Mati pada malam Jumat atau siang harinya.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jumat atau malamnya, kecuali Allah
akan melindunginya dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad dan Al-Fasawi. Asy-Syaikh
Al-Albani mengatakan dalam Ahkamul Jana’iz bahwa hadits ini dengan seluruh
jalur-jalurnya hasan atau shahih)
- Membaca surat Al-Mulk.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Dia (surat Al-Mulk) adalah penghalang, dia adalah penyelamat yang akan
menyelamatkan pembacanya dari adzab kubur.” (HR. At-Tirmidzi, lihat
Ash-Shahihah no. 1140) [dinukil dari Ar-Ruh dengan sedikit perubahan]
- Doa sebagaimana yang telah lalu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berlindung dari adzab kubur dan
memerintahkan umatnya untuk berlindung darinya.
Nikmat Kubur
Setelah mengetahui dan meyakini adanya adzab kubur yang demikian mengerikan dan
menakutkan, berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih, juga mengetahui
macam-macamnya, penyebabnya, dan hal-hal yang akan menyelamatkan darinya, maka
termasuk kesuksesan yang agung adalah selamat dari berbagai adzab tersebut dan
mendapatkan nikmat di dalamnya dengan rahmat-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih maka Rabb
mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah keberuntungan yang
nyata.” (Al-Jatsiyah: 30)
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku takut akan adzab hari yang besar (hari kiamat),
jika aku mendurhakai Rabbku.’ Barangsiapa yang dijauhkan adzab daripadanya pada
hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah
keberuntungan yang nyata.” (Al-An’am: 15-16)
Adapun nikmat kubur, di antaranya apa yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam beritakan dalam hadits Al-Bara’ radhiyallahu ‘anhu yang panjang:
- mendapatkan ampunan dan keridhaan-Nya. Sebagaimana perkataan malakul maut
kepada orang yang sedang menghadapi sakaratul maut:
“Wahai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya.”
- dikokohkan hatinya untuk menghadapi dan menjawab fitnah kubur.
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)
- Digelarkan permadani, didandani dengan pakaian dari surga, dibukakan baginya
pintu menuju surga, dilapangkan kuburnya, dan di dalamnya ditemani orang yang
tampan wajahnya, bagus penampilannya, sebagaimana yang Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam kabarkan dalam hadits Al-Bara’ yang panjang:
“Maka gelarkanlah permadani dari surga, dandanilah ia dengan pakaian dari
surga. Bukakanlah baginya sebuah pintu ke surga, maka sampailah kepadanya bau
wangi dan keindahannya. Dilapangkan kuburnya sejauh mata memandang, kemudian
datang kepadanya seorang yang tampan wajahnya, bagus pakaiannya, wangi baunya.
Lalu dia berkata: ‘Berbahagialah dengan perkara yang menyenangkanmu. Ini adalah
hari yang dahulu kamu dijanjikan.’ Dia pun bertanya: ‘Siapa kamu? Wajahmu
adalah wajah orang yang datang membawa kebaikan.’ Dia menjawab: ‘Aku adalah
amalanmu yang shalih…” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala meneguhkan hati kita di atas kalimat
tauhid hingga akhir hayat kita dan menyelamatkan kita dari berbagai fitnah
(ujian) dunia dan fitnah kubur, serta memasukkan kita ke dalam jannah-Nya. Amin
ya Rabbal ‘alamin.