SEJARAH WALI SONGO
Dulu, ketika masih kanak-kanak, saya mengenal cerita tokoh WALISONGO dari guru
mengaji di kampung. Walisongo dikenal sebagai 9 orang wali yang menyebarkan
ajaran Islam di Jawa. Setelah membaca beberapa buku sejarah Walisongo, ternyata
apa yang saya ketahui tentang Walisongo pada saat masih kanak-kanak itu
sebenarnya bukanlah 9 orang Wali kharismatik yang menyebarkan Islam di tanah
Jawa, tetapi pengertian Walisongo yang sebenarnya adalah Dewan Dakwah atau
Dewan Mubaligh yang bernama Walisongo, di dalamnya tergabung 9 para ulama
kharismatik yang berdakwah di seluruh pelosok pulau Jawa.
Untuk lebih mengenal Dewan Dakwah Walisongo ini, saya sajikan sejarahnya yang
terdapat dalam salah satu buku Kisah Walisongo. Dan kali ini saya sajikan Kisah
Walisongo yang ditulis oleh: Abu Khalid, MA. Untuk kisah dan pengalaman
masing-masing wali yang dikenal masyarakat luas akan saya sajikan terpisah.
Dalam kisah dan pengalaman Walisongo yang ditulis oleh para sejarawan itu
melukiskan berbagai karomah yang diberikan Allah swt kepada mereka. Bagi
sebagian orang -jangankan karomah- mukjizat yang diberikan Allah swt kepada
Nabi-nabiNYA terkadang dianggap sebagai cerita bohong belaka, walaupun telah
jelas tertulis dalam kitab suciNYA. Oleh karena itu, membaca kisah Walisongo
dengan berbagai karomahnya tentu bukan hal yang paling utama untuk diambil
sebagai pelajaran. Menurut hemat saya, mengenali semangat, upaya, keikhlasan,
serta ketaatannya kepada Sang Khalik dalam menyebarkan ajaranNYA itulah yang
lebih penting untuk kita ketahui dan teladani.
Seperti yang tertulis dalam buku Kisah Walisongo tersebut, umumnya kita
mengenal Walisongo hanyalah sembilan orang yaitu: Syekh Maulana Malik Ibrahim,
Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan
Kudus, Sunan Muria, dan Sunan GunungJati
Seperti tersebut dalam Kitab Kanzul Ulul Ibnul Bathuthah yang penulisnya
dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Maghrobi, Walisongo melakukan sidang tiga
kali, yaitu:
Tahun 1404 M adalah sembilan wali.
Tahun 1436 M masuk tiga wali mengganti yang wafat.
Tahun 1463 M masuk empat wali mengganti yang wafat dan pergi.
Menurut KH Dachlan Abd. Qohar, pada tahun 1466 M, Walisongo melakukan sidang
lagi membahas berbagai hal. Diantaranya adalah perkara Syekh Siti Jenar,
meninggalnya dua orang wali yaitu Maulana Muhammad Al Maghrobi dan Maulana
Ahmad Jumadil Kubro serta masuknya dua orang wali menjadi anggota Walisongo.
1. Walisongo Periode Pertama
Pada waktu Sultan Muhammad 1 memerintah kerajaan Turki, beliau menanyakan
perkembangan agama Islam kepada para pedagang dari Gujarat. Dari mereka Sultan
mendapat kabar berita bahwa di Pulau Jawa ada dua kerajaan Hindu yaitu
Majapahit dan Pajajaran. Di antara rakyatnya ada yang beragama Islam tapi hanya
terbatas pada keluarga pedagang Gujarat yang kawin dengan para penduduk pribumi
yaitu di kota-kota pelabuhan.
Sang Sultan kemudian mengirim surat kepada pembesar Islam di Afrika Utara dan
Timur Tengah. Isinya meminta para ulama yang mempunyai karomah untuk dikirim ke
pulau Jawa. Maka terkumpullah sembilan ulama berilmu tinggi serta memiliki
karomah.
Pada tahun 808 Hijrah atau 1404 Masehi para ulama itu berangkat ke Pulau Jawa.
Mereka adalah:
Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki ahli mengatur negara. Berdakwah di
Jawa bagian timur. Wafat di Gresik pada tahun 1419 M. Makamnya terletak satu
kilometer dari sebelah utara pabrik Semen Gresik.
Maulana Ishak berasal dari Samarqand (dekat Bukhara-Rusia Selatan). Beliau ahli
pengobatan. Setelah tugasnya di Jawa selesai Maulana Ishak pindah ke Pasai dan
wafat di sana.
Maulana Ahmad Jumadil Kubra, berasal dari Mesir. Beliau berdakwah keliling.
Makamnya di Troloyo Trowulan, Mojokerto Jawa Timur.
Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maghrib (Maroko), beliau berdakwah
keliling. Wafat tahun 1465 M. Makamnya di Jatinom Klaten, Jawa Tengah.
Maulana Malik Isroil berasal dari Turki, ahli mengatur negara. Wafat tahun 1435
M. Makamnya di Gunung Santri.
Maulana Muhammad Ali Akbar, berasal dari Persia (Iran). Ahli pengobatan. Wafat
1435 M. Makamnya di Gunung Santri.
Maulana Hasanuddin berasal dari Palestina. Berdakwah keliling. Wafat pada tahun
1462 M. Makamnya disamping masjid Banten Lama.
Maulana Alayuddin berasal dari Palestina. Berdakwah keliling. Wafat pada tahun
1462 M. Makamnya disamping masjid Banten Lama.
Syekh Subakir, berasal dari Persia, ahli menumbali (metode rukyah) tanah angker
yang dihuni jin-jin jahat tukang menyesatkan manusia. Setelah para Jin tadi
menyingkir dan lalu tanah yang telah netral dijadikan pesantren. Setelah banyak
tempat yang ditumbali (dengan Rajah Asma Suci) maka Syekh Subakir kembali ke
Persia pada tahun 1462 M dan wafat di sana. Salah seorang pengikut atau sahabat
Syekh Subakir tersebut ada di sebelah utara Pemandian Blitar, Jawa Timur.
Disana ada peninggalan Syekh Subakir berupa sajadah yang terbuat dari batu
kuno.
2. Walisongo Periode Kedua
Pada periode kedua ini masuklah tiga orang wali menggantikan tiga wali yang
wafat. Ketiganya adalah:
Raden Ahmad Ali Rahmatullah, datang ke Jawa pada tahun 1421 M menggantikan
Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 M. Raden Ahmad berasal dari Cempa,
Muangthai Selatan (Thailand Selatan).
Sayyid Ja’far Shodiq berasal dari Palestina, datang di Jawa tahun 1436
menggantikan Malik Isro’il yang wafat pada tahun 1435 M. Beliau tinggal di
Kudus sehingga dikenal dengan Sunan Kudus.
Syarif Hidayatullah, berasal dari Palestina. Datang di Jawa pada tahun 1436 M.
Menggantikan Maulana Ali Akbar yang wafat tahun 1435 M. Sidang walisongo yang
kedua ini diadakan di Ampel Surabaya.
Para wali kemudian membagi tugas. Sunan Ampel, Maulana Ishaq dan Maulana
Jumadil Kubro bertugas di Jawa Timur. Sunan Kudus, Syekh Subakir dan Maulana
Al-Maghrobi bertugas di Jawa Tengah. Syarif Hidayatullah, Maulana Hasanuddin
dan Maulana Aliyuddin di Jawa Barat. Dengan adanya pembagian tugas ini maka
masing-masing wali telah mempunyai wilayah dakwah sendiri-sendiri, mereka
bertugas sesuai keahlian masing-masing.
3. Walisongo Periode Ketiga
Pada tahun 1463 M. Masuklah empat wali menjadi anggota Walisongo yaitu:
Raden Paku atau Syekh Maulana Ainul Yaqin kelahiran Blambangan Jawa Timur.
Putra dari Syekh Maulana Ishak dengan putri Kerajaan Blambangan bernama Dewi
Sekardadu atau Dewi Kasiyan. Raden Paku ini menggantikan kedudukan ayahnya yang
telah pindah ke negeri Pasai. Karena Raden Paku tinggal di Giri maka beliau
lebih terkenal dengan sebutan Sunan Giri. Makamnya terletak di Gresik Jawa
Timur.
Raden Said, atau Sunan Kalijaga, kelahiran Tuban Jawa Timur. Beliau adalah
putra Adipati Wilatikta yang berkedudukan di Tuban. Sunan Kalijaga menggantikan
Syekh Subakir yang kembali ke Persia.
Raden Makdum Ibrahim, atau Sunan Bonang, lahir di Ampel Surabaya. Beliau adalah
putra Sunan Ampel, Sunan Bonang menggantikan kedudukan Maulana Hasanuddin yang
wafat pada tahun 1462. Sidang Walisongo yang ketiga ini juga berlangsung di
Ampel Surabaya.
4. Walisongo Periode Keempat
Pada tahun 1466 diangkat dua wali menggantikan dua yang telah wafat yaitu
Maulana Ahmad Jumadil Kubro dan Maulana Muhammad Maghrobi. Dua wali yang
menggantikannya ialah:
Raden atau Raden Fattah (Raden Patah)
Raden Patah adalah murid Sunan Ampel, beliau adalah putra Raja Brawijaya
Majapahit. Beliau diangkat sebagai Adipati Bintoro pada tahun 1462 M. Kemudian
membangun Masjid Demak pada tahun 1465 dan dinobatkan sebagai Raja atau Sultan
Demak pada tahun 1468.
Fathullah Khan, putra Sunan Gunungjati, beliau dipilih sebagai anggota
Walisongo menggantikan ayahnya yang telah berusia lanjut.
5. Walisongo Periode Kelima
Dapat disimpulkan bahwa dalam periode ini masuk Sunan Muria atau Raden Umar
Said-putra Sunan Kalijaga menggantikan wali yang wafat.
Konon Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang itu adalah salah satu anggota
Walisongo, namun karena Siti Jenar di kemudian hari mengajarkan ajaran yang
menimbulkan keresahan umat dan mengabaikan syariat agama maka Siti Jenar
dihukum mati. Selanjutnya kedudukan Siti Jenar digantikan oleh Sunan Bayat –
bekas Adipati Semarang (Ki Pandanarang) yang telah menjadi murid Sunan
Kalijaga.
Selanjutnya, kisah, legenda atau riwayat masing-masing wali yang dikenal
masyarakat secara umum akan disajikan pada halaman terpisah. Adapun Wali yang
dikenal masyarakat secara luas sebagai WALISONGO adalah:
1. Syekh Maulana Malik Ibrahim
2. Sunan Ampel
3. Sunan Bonang
4. Sunan Giri
5. Sunan Drajad
6. Sunan Muria
7. Sunan Kudus
8. Sunan Kalijaga
9. Sunan Gunungjati
Para peziarah Walisongo, biasanya mendatangi makam sembilan wali tersebut. Jika
ziarah itu ingin lebih lengkap maka pemimpin ziarah (yang mengerti sejarah
Walisongo) akan menziarahi pula Walisongo periode pertama hingga periode
keempat, termasuk guru-guru atau orang tua dari para wali periode kelima.
Misalnya, seseorang dari Surabaya yang telah berziarah ke makam Sunan Drajad,
ia pasti akan menyempatkan diri berziarah ke makam Syekh Maulana Malik Ibrahim
Asmarakandi di Gresikharjo, beliau adalah kakek Sunan Drajad dan ayah dari
Raden Rahmat Sunan Ampel.
Itulah sejarah singkat Walisongo, semoga dapat menambah pengetahuan anda semua.
Amin!
Ringkasan Silsilah dari Rasulullah sampai Walisongo
RASULULLAH MUHAMMAD SAW
|
IMAM ‘ALI AL-MURTADHA BIN ABU THALIB
|
IMAM HUSEIN AS-SAYYID BIN IMAM ‘ALI AL-MURTADHA BIN ABU THALIB
|
IMAM ‘ALI ZAINAL ABIDIN bin IMAM HUSEIN AS-SAYYID
|
IMAM MUHAMMAD AL BAQIR bin IMAM ‘ALI ZAINAL ABIDIN
|
IMAM JA’FAR ASH-SHADIQ bin IMAM MUHAMMAD AL BAQIR
|
‘ALI AR-URAIDHI bin IMAM JA’FAR ASH-SHADIQ (Leluhur Jamaludin Husein Al-Akbar)
|
JAMALUDIN HUSEIN AL-AKBAR (LELUHUR WALI SONGO)
|
WALISONGO