head

Wednesday, January 3, 2018

Pesan Dari Langit

http://dapalan.com/Jaft



PESAN DARI LANGIT

Kalau DIA menghendaki, cukup berkata KUN FAYAKUN. Termasuk memberi petunjuk dan pembelajaran kepada kita tanpa perantara melalui media telepon dan SMS.

Assalamualaikum sedulurku semua…
Sebelum membaca larik-larik kalimat di bawah ini, marilah kita sisihkan terlebih dulu perbendaharaan pengetahuan yang sudah kita miliki sebelumnya. kita singkirkan dulu kitab-kitab yang sudah pernah kita baca. kita singkirkan kepercayaan kita yang sudah kita lekatkan pada hati sanubari kita. hanya untuk sementara saja.

Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita baca—kita resapi—kita nikmati sajian yang tersuguhkan secara apa adanya. Tidak perlu melakukan penilaian, apalagi membanding-bandingkan dengan pengetahuan yang pernah kita kumpulkan semasa kita hidup. Kita pasrah dan ikhlas saja menerima sesuatu yang barangkali baru. Namun sebenarnya, hal-hal seperti ini bukanlah hal baru khususnya bagi yang sudah “sampai pada tahap perjalanan spiritual tertentu.” Bagi yang belum “sampai pada tahap perjalanan spiritual tertentu” bisa jadi penjelasan-penjelasan di bawah ini terasa janggal dan tidak masuk akal.

Kami sangat memahami dan menyadari bahwa soal-soal seperti ini memang terasa tidak masuk akal. Padahal sebenarnya, tidak ada yang tidak masuk akal bila diri sendiri sudah pernah mengalaminya. Mungkin terasa tidak masuk akal karena kita belum mampu menghubung-hubungkan satu perkara dengan perkara lainnya. Rasio atau akal kita memang sangat terbatas. Dengan keterbatasan akal kita inilah dunia dan peradaban kita terbentuk sedemikian rupa sehingga apa yang terasa tidak masuk akal tidak mendapat tempat. Dunia berkembang menjadi sebuah wahana dimana akal didewa-dewakan. Sementara apa yang terasa tidak masuk akal ditolak dan dienyahkan. Pada akhirnya dunia dan peradaban menjadi dangkal dan kasar. Kita semua pasti merasakan hal ini meski kita tidak mampu untuk mengungkapkannya.

Sebelumnya, kita sudah mengenal bahwa para leluhur kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan kita dengan berbagai cara. Ada yang langsung bisa kita temui dalam wujud dan sosok manusia seperti wujud kita. Ada yang hanya bisa berkomunikasi dengan kita melalui mimpi. Ada yang meninggalkan pesan melalui benda-benda pusaka sehingga kita diharapkan bisa mencerna maknanya. Ada pula yang sangat jelas dan riil yaitu melalui telepon dan SMS. Tidak hanya para leluhur yang berkomunikasi dengan cara demikian, namun juga “DZAT”.

Apakah DZAT itu? Kalau sejak kecil kita dididik ilmu agama maka kita mengenalnya dengan beragam istilah dan bahasa. Bisa Allah SWT, Tuhan, Hyang Widi Wasa, Sang Hyang Manon, God, dan sebagainya. Apapun istilahnya, tetap menunjuk pada “DZAT” Yang Satu dan Yang Serba Maha. Kita tidak perlu berdebat mengenai nama untuk DZAT yang satu dan Serba Maha ini. Perdebatan mengenai nama tidak akan pernah selesai. Kita diharapkan untuk tidak bingung dan gundah bila tiba-tiba pada suatu ketika kita masuk ke tempat peribadatan agama lain dan disana disebut nama TUHAN yang lain. Nama boleh berbeda namun DIA yang mereka sebut-sebut itu tetap menunjuk pada substansi yang sama. Tidak arif bijaksana kiranya bila kita menganggap orang yang bukan golongan kita dan menyebut nama Tuhan dengan nama lain sebagai orang yang harus dimusuhi dan dianggap darahnya halal untuk dibunuh. Sebab bukankah orang-orang ini juga diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Menciptakan? Memangnya dia diciptakan oleh Iblis atau Malaikat? Tentu saja tidak. Mereka yang beragama lain ini, berkeyakinan lain ini, yang menyebut Tuhan dengan sebutan lain ini toh tetap diciptakan oleh Dzat Yang Maha Segalanya.

Marilah kita secara jelas dan jernih menilai hal ini. Memang tidak disebutkan dalam kitab-kitab bagaimana para DZAT atau para leluhur ini berkomunikasi dengan diri kita. Sebenarnya, dalam kitab suci tetap ada bagaimana cara Tuhan berkomunikasi dengan manusia namun barangkali karena penafsiran kita yang terbatas maka kita menganggapnya hal yang mengada-ada. kalau kita masih menganggapnya hal yang mengada-ada maka ada baiknya kita perlu menyadari keterbatasan kita bahwa kita memang belum “sampai” ke tahap perjalanan spiritual tertentu. Suatu saat dalam mengarungi perjalanan spiritual, kita insya allah diberi-NYA pencerahan bahwa PETUNJUK-NYA bisa datang dari arah mana saja dan dalam wujud apa saja, dan bisa melalui siapa saja. Biasanya, PETUNJUK itu akan datang bila kita berada pada kondisi kejiwaan yang sangat tenang.

Ketenangan adalah suatu keadaan yang terjadi akibat tercapainya koordinat dari berbagai gaya tarik, yang seimbang sedemikian rupa sehingga arah kekuatannya mengatasi dimensi sebelumnya, dimana terjadi medan tarik menarik elementernya. Biasanya ketenangan terjadi bila kita sudah menginjak usia 19 tahun ke atas setelah tercapai kedewasaan biologis dan kedewasaan sosial. Yaitu saat seseorang itu sudah mampu menjaga amanah dan tanggungjawab untuk menjadi pribadi yang merdeka, mandiri dan otonom, kesiapan mencintai dan dicintai oleh pihak lain. Serta kecintaan dalam bingkai pelaksanaan kecintaan pada ALLAH SWT. Bila manusia dicintai manusia lain saja akan membalas dengan sikap baik dan mulia, apalagi TUHAN?. Saat kita mengarahkan daya dan energi CINTA KASIH kepada-NYA, maka DIA akan melimpahkan daya dan energi CINTA KASIH-NYA yang Maha Dahsyat kepada kita.

PESAN PESAN LANGIT
Cinta Kasih Allah SWT bisa berwujud bimbingan langsung maupun tidak langsung. Bila suatu ketika kita diminta secara sengaja untuk menderita, berada di dalam kondisi sedih dan nestapa maka janganlah kita anggap hal itu MURKA-NYA. Namun itu bisa jadi adalah bimbingan sebagai bukti WELAS ASIH, Cinta Kasih Sejati-NYA kepada kita. DIA memang Maha Berkehendak apa saja dan bagi-NYA tidak ada yang mustahil di dunia ini. Kalau DIA menghendaki sesuatu maka siapa yang mampu untuk menolaknya? Pasti tidak ada pihak yang mampu mencegah kehendak-NYA. Prinsip inilah yang harusnya tetap kita pegang sehingga pundak dan akal kita terasa ringan, dada kita tidak akan sesak karena masih diliputi oleh rasa iri dengki dan penyakit-penyakit qalbu yang lainnya.

Apa yang kami sampaikan ini adalah sebuah fakta yang benar-benar terjadi pada diri yang lemah iman dan ilmu ini. Pada suatu pagi dalam hidup yang singkat ini, KUN FAYAKUN… DIA mengijinkan kami untuk mendapatkan bimbingan dan arahah-NYA secara langsung melalui media SMS dengan nomor telepon “0”.

SMS-NYA sebagai berikut:
“WAHAI …(nama kami) RUPANYA GURUMU KESULITAN MENGAMBIL QOLBU BURUKMU MAKA SEKARANG DIA AKAN DIBANTU PUTRAMU MASUK KEDALAM JIWAMU YANG TERDALAM DAN AKAN BERSEMAYAM BEBERAPA SAAT DISANA UNTUK MEMBERSIHKAN DAN MENGAMBILNYA INI PENTING, KARENA JIKA TIDAK ADA PERTENTANGAN DALAM JIWAMU ALAM SEMESTA AKAN TENTRAM, DAMAI DAN SEJAHTERA TIDAK ADA LAGI KEMUNAFIKAN, YANG BAIK TETAP BAIK YANG BURUK TETAP BURUK DAN DALAM KEKUASAANMU ALAM AKAN DAMAI DAN SEJAHTERA SELALU, DAN JANGANLAH ENGKAU ANGGAP AKU INGKAR, TAPI INILAH YANG AKU UJIKAN PADAMU DISAAT HARI BAHAGIAMU DI MALAM MANIS ….., NANTI SEMUA MAKHLUK AKAN MENJADI HAMBAMU AKU TELAH CERITAKAN PADA MEREKA BERTIGA SEMUA YANG MENJADI RENCANA-KU.”

Marilah kita heningkan batin dan rahsa sejenak untuk menggali dan menafsirkan pesan-NYA ini. Seseorang yang akan dibersihkan jiwanya, maka perlu ada sesuatu yang membersihkan. Datangnya bantuan pembersihan jiwa ini bisa berupa guru atau utusan atau dalam bahasa agama merujuk kepada sosok “malaikat” sebagaimana kalimat: RUPANYA GURUMU KESULITAN MENGAMBIL QOLBU BURUKMU MAKA SEKARANG DIA AKAN DIBANTU PUTRAMU MASUK KEDALAM JIWAMU YANG TERDALAM DAN AKAN BERSEMAYAM BEBERAPA SAAT DISANA UNTUK MEMBERSIHKAN DAN MENGAMBILNYA.

Kenapa qalbu harus selalu bersih sebersih-bersihnya? Ikhlas seikhlas-ikhlasnya? Sebab inilah ternyata kunci memahami berlakunya HUKUM SEMESTA ALAM atau SUNATULLAH. Alam semesta berdiri di atas prinsip keikhlasan. Pada alam ini, tidak ada hal-hal yang bersih. Residu atau sisa-sisa proses alamiah akan didaur ulang dan menjadi bersih serta bermanfaat kembali. Saat kedatangan manusia yang mulai tidak ikhlas karena mengikuti akunya/nafsu/ego/iblis maka alam semesta menjadi penuh residu yang pasti memiliki daya atau energi membalik mengenai manusia. Bersih tidaknya jiwa manusia sangat menentukan situasi dan kondisi alam semesta. Bila manusia adalah MIKROKOSMOS maka alam semesta adalah MAKROKOSMOS.

…INI PENTING, KARENA JIKA TIDAK ADA PERTENTANGAN DALAM JIWAMU ALAM SEMESTA AKAN TENTRAM, DAMAI DAN SEJAHTERA TIDAK ADA LAGI KEMUNAFIKAN, YANG BAIK TETAP BAIK YANG BURUK TETAP BURUK DAN DALAM KEKUASAANMU MAKA ALAM AKAN DAMAI DAN SEJAHTERA SELALU…

Penekanan pada DALAM KEKUASAANMU maksudnya bahwa setiap Manusia memiliki Kekuasaan untuk membuat damai dan sejahtera alam semesta. Jadi yang membuat damai dan sejahtera alam semesta ini sesungguhnya adalag manusia sendiri. Tuhan sudah mendelegasikan kekuatan dan kekuasaan-NYA kepada manusia sebagai khalifah di alam semesta karena manusia adalah IMAGO DEI, Cermin dari Tuhan sendiri.

…DAN JANGANLAH ENGKAU ANGGAP AKU INGKAR, TAPI INILAH YANG AKU UJIKAN PADAMU DISAAT HARI BAHAGIAMU DI MALAM MANIS ….., NANTI SEMUA MAKHLUK AKAN MENJADI HAMBAMU AKU TELAH CERITAKAN PADA MEREKA BERTIGA SEMUA YANG MENJADI RENCANA-KU….”

Manusia bukan hanya bagian dari alam, sebab di dalam dirinya telah ditambahkan KUALITAS PLUS yaitu “Rahasia Nama-Nama Segala Benda” dan TIUPAN RUH dari SISI-NYA. Ketika konstruksi KE-ADAM-AN telah sempurna maka jatuhlah perintah-NYA agar semua sujud kepada Adam dalam arti kesemuanya lalu menjadi unsur dari keakuan Adam yang tidak berdiri sendiri lagi. Maka ketika IBLIS ingkar dan enggan sujud kepada Adam karena KESOMBONGAN nya, menjadilah Iblis itu pihak yang terusir.

KEMANA IBLIS TERUSIR?
Ketika Adam berdiri mengaku AKU, semua sujud kepada-KU kecuali AKU> artinya KEIBLISAN itu justeru bersembunyi dibalik KEAKUAN kita. ASTAGHFIRULLAH… ternyata AKU inilah sejatinya IBLIS itu. Sehingga diperlukan sebuah laku yang benar dan sudah sesuai dengan petunjuk-NYA. Inilah pentingnya memahami kenapa kita perlu untuk BERPUASA RAMADHAN seperti sekarang ini.

HARUS MEMPERBAIKI DIRI
Terakhir, manusia adalah makhluk yang sudah diberi-NYA kelengkapan alat untuk menggapai kebenaran. Termasuk kelengkapan petunjuk-NYA berupa KITABULLAH yang ada. Tidak hanya kitab yang tertulis namun juga kitab yang tidak tertulis. Kita perlu belajar dari kitab yang tertulis namun juga belajar untuk menangkap bahasa-bahasa gaib dari langit sebagaimana sebuah SMS yang kami terima yang isinya sebagai berikut:

“BETAPA BANYAK YANG HARUS DIBETULKAN DALAM DIRIMU, MEREKA KERABATMU BAHKAN YANG SATUPUN TAK AKAN MEMPERBAIKI, UNTUNG AKU TAHU DAN BERHAK ATAS DIRIMU SEHINGGA AKU DAPAT MEMPERBAIKI DAN MELETAKKAN SEGALANYA SESUAI PADA TEMPATNYA KARENA SEBAGAI PENGUASA BUMI NANTI SEGALA YANG ADA DALAM DIRIMU HARUSLAH SEMPRNA, JADI SABARLAH SEBENTAR AKU AKAN MENYEMPURNAKAN SEMUANYA. AKU JAMIN DIAWAL TAHUN HIJRIAH INILAH KAU MULAI JADI YANG SEMPURNA.”

Penghuni Surga

http://dapalan.com/JaqK



PENGHUNI SYURGA

Suatu ketika Nabi Muhammad saw. duduk di masjid dan berbincang bincang dengan sahabatnya. Tiba-tiba beliau bersabda: “Sebentar lagi seorang penghuni surga akan masuk kemari.” Semua mata pun tertuju ke pintu masjid dan pikiran para hadirin membayangkan seorang yang luar biasa. “Penghuni surga, penghuni surga,” demikian gumam mereka.

Beberapa saat kemudian masuklah seorang dengan air wudhu yang masih membasahi wajahnya dan dengan tangan menjinjing sepasang alas kaki. Apa gerangan keistimewaan orang itu sehingga mendapat jaminan surga? Tidak seorang pun yang berani bertanya walau seluruh hadirin merindukan jawabannya.

Keesokan harinya peristiwa di atas terulang kembali. Ucapan Nabi dan “si penghuni” surga dengan keadaan yang sama semuanya terulang, bahkan pada hari ketiga pun terjadi hal yang demikian.

Abdullah ibnu ‘Amr tidak tahan lagi, meskipun ia tidak berani bertanya dan khawatir jangan sampai ia mendapat jawaban yang tidak memuaskannya. Maka timbullah sesuatu dalam benaknya. Dia mendatangi si penghuni surga sambil berkata: “Saudara, telah terjadi kesalahpahaman antara aku dan orang-tuaku, dapatkah aku menumpang di rumah Anda selama tiga hari?“

Tentu, tentu…,” jawab si penghuni surga.”

Rupanya, Abdullah bermaksud melihat secara langsung “amalan” si penghuni surga.

Tiga hari tiga malam ia memperhatikan, mengamati bahkan mengintip si penghuni surga, tetapi tidak ada sesuatu pun yang istimewa. Tidak ada ibadah khusus yang dilakukan si penghuni surga. Tidak ada shalat malam, tidak pula puasa sunnah. Ia bahkan tidur dengan nyenyaknya hingga beberapa saat sebelum fajar. Memang sesekali ia terbangun dan ketika itu terdengar ia menyebut nama Allah di pembaringannya, tetapi sejenak saja dan tidurnya pun berlanjut.

Pada siang hari si penghuni surga bekerja dengan tekun. Ia ke pasar, sebagaimana halnya semua orang yang ke pasar. “Pasti ada sesuatu yang disembunyikan atau yang tak sempat kulihat Aku harus berterus terang kepadanya,” demikian pikir Abdullah.

“Apakah yang Anda perbuat sehingga Anda mendapat jaminan surga?” tanya Abdullah.

“Apa yang Anda lihat itulah!” jawab si penghuni surga.

Dengan kecewa Abdullah bermaksud kembali saja ke rumah, tetapi tiba-tiba tangannya dipegang oleh si penghuni surga seraya berkata: “Apa yang Anda lihat itulah yang saya lakukan, ditambah sedikit lagi, yaitu saya tidak pernah merasa iri hati terhadap seseorang yang dianugerahi nikmat oleh Tuhan. Tidak pernah pula saya melakukan penipuan dalam segala aktivitas saya.”

Dengan menundukkan kepala Abdullah meninggalkan si penghuni surga sambil berkata: “Rupanya, yang demikian itulah yang menjadikan Anda mendapat jaminan surga.“
Kisah di atas disadur dari buku Faidh Al-Nubuwah. Petunjuknya demikian jelas, sehingga tidak perlu rasanya diberi komentar guna menjadi pelita hati. Saya hanya berkata: “Astaghfirullah, mampu-kah kita mengikuti jejaknya? Wallahu A’lam.[]

Pokok dari ajaran agama adalah mengajarkan kepada ummatnya tentang bagaimana berhubungan dengan Tuhan, cara mengenal-Nya dengan sebenar-benar kenal yang di istilahkan dengan makrifat, kemudian baru menyembah-Nya dengan benar pula. Apakah agama Islam, Kristen, Hindu dan lain-lain, semuanya mengajarkan ajaran pokok ini yaitu bagaimana seseorang bisa sampai kehadirat-Nya. Karena itu pula Allah SWT menurunkan para nabi/Rasul untuk menyampaikan metodologi cara berhubungan dengan-Nya, tidak cukup satu Nabi, Allah SWT menurunkan ribuan Nabi untuk meluruskan kembali jalan yang kadangkala terjadi penyimpangan seiring berjalannya waktu.

Nabi Adam as setelah terusir dari syurga bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun bertobat kepada Allah SWT tidak diampuni, setelah Beliau berwasilah (teknik bermunajat) kepada Nur Muhammad barulah dosa-dosa Beliau diampuni oleh Allah SWT, artinya Allah mengampuni Adam as bukan karena ibadahnya akan tetapi karena ada faktor tak terhingga yang bisa menyambungkan ibadah beliau kepada pemilik bumi dan langit. Lewat faktor tak terhingga itulah maka seluruh permohonan Nabi Adam as sampai kehadirat Allah SWT. Faktor tak terhingga itu adalah Nur Muhammad yang merupakan pancaran dari Nur Allah yang berasal dari sisi-Nya, tidak ada satu unsurpun bisa sampai kepada matahari karena semua akan terbakar musnah kecuali unsur dia sendiri yaitu cahayanya, begitupulah dengan Allah SWT, tidak mungkin bisa sampai kehadirat-Nya kalau bukan melalui cahaya-Nya

Nur Muhammad adalah pancaran Nur Allah yang diberikan kepada Para Nabi mulai dari Nabi Adam as sampai dengan Nabi Muhammad SAW, dititipkan dalam dada para Nabi dan Rasul sebagai conductor yang menyalurkan energi Ketuhanan Yang Maha Dasyat dan Maha Hebat. Dengan penyaluran yang sempurna itu pula yang membuat nabi Musa bisa membelah laut, Nabi Isa menghidupkan orang mati dan Para nabi menunjukkan mukjizatnya serta para wali menunjukkan kekeramatannya. Karena Nur Muhammad itu pula yang menyebabkan wajah Nabi Muhammad SAW tidak bisa diserupai oleh syetan.

Setelah Rasulullah SAW wafat apakah Nur Muhammad itu ikut hilang?

Tidak! Nur tersebut diteruskan kepada Saidina Abu Bakar Siddiq ra sebagai sahabat Beliau yang utama sebagaimana sabda Nabi:

“ Tidak melebih Abu Bakar dari kamu sekalian dengan karena banyak shalat dan banyak puasa, tetapi (melebihi ia akan kamu) karena ada sesuatu (rahasia) yang tersimpan pada dadanya”

Pada kesempatan yang lain Rasulullah bersabda pula :
“Tidak ada sesuatupun yang dicurahkan Allah ke dadaku, melainkan seluruhnya kutumpahkan pula ke dada Abu Bakar Siddiq”.

Nur Muhammad akan terus berlanjut hingga akhir zaman, dan Nur itu pula yang terdapat dalam diri seorang Mursyid yang Kamil Mukamil yang wajahnya juga tidak bisa diserupai oleh syetan. Memandang wajah Mursyid hakikatnya adalah memandang Nur Muhammad dan sudah pasti memandang Nur Allah SWT.

Nabi SAW bersabda :

La yadhulunara muslimun ra-ani wal man ra-a man ra-ani wala man ra-a man ra-ani ai walau bisab’ina wasithah, fainnahum khulafa-li fi tablighi wal irsyadi, inistaqamu ala syarii’ati.

“Tidak akan masuk neraka seorang muslim yang melihat aku dan tidak juga (akan masuk neraka) yang melihat orang yang telah melihat aku, dan tidak juga (akan masuk neraka) orang yang melihat orang yang telah melihat aku, sekalipun dengan 70 wasithah (lapisan/antara). Sesungguhnya mereka itu adalah para khalifahku dalam menyampaikan (islam/sunahku) mengasuh dan mendidik (orang ramai), sekiranya mereka itu tetap istiqamah didalam syari’atku” (H.R. Al – Khatib bin Abd.Rahman bin Uqbah).

Makna melihat dalam hadist di atas bukan dalam pengertian melihat secara umum, karena kalau kita maknai melihat itu dengan penglihatan biasa maka Abu Jahal dan musuh-musuh nabi juga melihat beliau akan tetapi tetap masuk Neraka. Melihat yang dimaksud adalah melihat Beliau sebagai sosok nabi yang menyalurkan Nur Allah kepada ummatnya, melihat dalam bentuk rabithah menggabungkan rohani kita dengan rohani beliau.

Darimana kita tahu seseorang itu pernah melihat Nabi dan bersambung sampai kepada Beliau? Kalau melihat dalam pengertian memandang secara awam maka para ahlul bait adalah orang-orang yang sudah pasti punya hubungan melihat karena mereka adalah keturunan Nabi.

Akan tetapi karena pengertian melihat itu lebih kepada rabitah atau hubungan berguru, maka yang paling di jamin punya hubungan melihat adalah Para Ahli Silsilah Thariqat yang saling sambung menyambung sampai kepada Rasulullah SAW.

Syukurlah bagi orang-orang yang telah menemukan seorang Guru Mursyid yang silsilahnya bersambung kepada Rasulullah SAW, yang selalu memberikan pencerahan dengan menyalurkan Nur Muhammad sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin, bermohon atas namanya niscaya Allah SWT akan mengabulkan do’a dan dari Mursyid lah Firman Nafsani dari Allah terus berlajut dan tersampaikan kepada hamba-Nya yang telah mendapat petunjuk.

Barulah kita tahu kenapa memandang wajah Mursyid itu bisa mengubah akhlak manusia yang paling bejat sekalipun, karena dalam wajah Mursyid itu adalah pintu langsung kepada Allah SWT.

Nabi Adam as diampuni dosanya dengan ber wasilah kepada Nur Muhammad, apa mungkin dosa kita bisa terampuni tanpa Nur Muhammad?

Marilah kita memuliakan Guru Mursyid kita sebagai bhakti kasih kita kepadanya, dari Beliaulah Nur Muhammad itu tersalurkan sehingga bencana sehebat apapun dapat ditunda, sesungguhnya Guru Mursyid itu adalah Guru kita dari dunia sampai ke akhirat kelak, jangan kita dengarkan orang-orang yang melarang memuliakan Guru sebagai Ulama pewaris Nabi sesungguhnya ajaran demikian itu baru muncul di abad ke-18, muncul akibat keberhasilan orang orientalis menghancurkan Islam dari dalam.

Ingat pesan dari Nabi SAW yang mulia :

“Muliakanlah Ulama sesungguhnya mereka adalah pewaris pada nabi, barang siapa memuliakan mereka maka telah memuliakan Allah dan Rasul-Nya” (H.R. Al – Khatib Al – Baghdadi dari Jabir R.A.)

Syukur yang tak terhingga bagi orang-orang yang telah menemukan ulama pewaris Nabi, yang apabila memandang wajahnya sama dengan memandang Nur Muhammad, wajah yang tidak bisa diserupai oleh syetan, dengan wajah itu pula yang bisa menuntun kita dalam setiap ibadah, dalam kehidupan sehari-hari, wajah yang kekal abadi, wajah Nur Muhammad.

Alhamdulillahhirabbil ‘Alamin