SYETANPUN HAPAL AYAT KURSI
Kita semua meyakini bahwa ayat kursi apabila dibaca maka syetan lari terbirit-birit berdasarkan beberapa hadist dan riwayat namun tidak semua orang mau me-riset apakah benar syetan itu lari ketika dibacakan ayat Kursi? Dan apakah ayat Kursi yang kita bacakan sudah memenuhi persyaratan yang diperlukan agar setan bisa hilang? Tentu pertanyaan ini tidak harus dijawab namun yang lebih penting tahukah anda bahwa syetan pun hapal ayat Kursi? Lho kok bisa?!
ini bukan cerita khayalan akan tetapi memang fakta yang terjadi di zaman nabi berikut kisahnya:
Abu Hurairah RA bercerita : Suatu hari Rasulullah SAW menugaskanku untuk menjaga harta zakat pada bulan Ramadhan. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki melihat-lihat makanan dan langsung mengambilnya. Aku lalu menegurnya, “Jangan dulu mengambil, sebelum kusampaikan tentangmu kepada Rasulullah”.
Laki-laki itu menjawab, “Aku sudah berkeluarga dan saat ini betul-betul membutuhkan makanan untuk mereka”. Mendengar itu aku akhirnya mengizinkan dia mengambil makanan itu.
Ketika pagi tiba, Rasulullah bertanya, “Wahai Abu Hurairah, apa yang kau lakukan kemarin?”
Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, seorang laki-laki mengadukan kesusahan keluarganya dan dia memohon harta zakat pada saat itu juga, lalu aku persilahkan dia mengambilnya”.
Rasulullah SAW bersabda kembali, “Dia telah mengelabuimu, wahai Abu Hurairah, dan besok akan kembali lagi”.
Karena tahu dia akan kembali lagi, keesokan harinya aku mengawasi secara teliti dan ternyata betul apa yang disampikan Rasulullah, dia telah berada di ruang harta zakat sambil memilih-milih harta zakat yang terkumpul lalu ia mengambilnya.
Melihat itu, aku berkata kembali, “Jangan kau ambil dulu harta itu sampai ada izin dari Rasulullah SAW”.
Laki-laki itu menjawab, “Aku betul-betul sangat membutuhkan makanan itu sekarang, keluargaku kini sedang menunggu menahan lapar. Aku berjanji tidak akan kembali lagi esok hari.” Mendengar itu, aku merasa kasihan dan akhirnya aku persilahkan kembali dia mengambil harta zakat.
Keesokan harinya Rasulullah bertanya kembali, “Apa yang kau lakukan kemarin, wahai Abu Hurairah?”
Aku menjawab, “Orang kemarin datang lagi dan meminta harta zakat. Karena keluarganya sudah lama menunggu kelaparan, akhirnya aku kembali mengizinkan dia mengambil harta zakat tersebut.”
Mendengar itu, Rasul bersabda kembali, “Dia telah membohongimu dan besok akan kembali untuk yang ke tiga kalinya.”
Besoknya ternyata laki-laki itu kembali lagi. Seperti biasanya, dia mengambil harta zakat yang telah terkumpul di dalam gudang. Melihat itu, kembali aku menegur, “Janan mengambil dahulu, aku akan memohon izin kepada Rasulullah SAW terlebih dahulu. Bukankah kau berjanji tidak akan kembali lagi, tapi kenapa kini kembali juga?”
Laki-laki itu menjawab, “Izinkanlah untuk terakhir kalinya aku mengambil harta zakat ini dan sebagai imbalan aku akan ajarkan kepadamu sebuah kalimat yang apabila kamu membacanya, Allah akan selalu menjagamu dank au tidak akan disentuh dan didekati oleh setan sehingga pagi hari”.
Aku tertarik dengan ucapannya. Aku pun menanyakan kalmat apa itu. Dia menjawab, “Apabila kau hendak tidur, jangan lupa membaca Ayat Kursi terlebih dahulu karena dengannya Allah akan menjagamu dan kau tidak akan didekati setan hingga pagi tiba.” Kali inipun aku mengizinkannya mengambil harta zakat.
Keesokan harinya Rasulullah kembali menanyakan apa yang telah kulakukan kemarin dan kukatakan, “Ya Rasulullah, aku terpaksa membolehkannya kembali mengambil harta zakat setelah dia mengajarkanku kalimat yang sangat bermanfaat dan berfaedah.”
Rasul bertanya, “kalimat apa yang diajarkannya?”
Aku menjawab bahwa dia mengajarkan ayat Kursi dari awal sampai akhir dan dia katakana bahwa kalau aku membacanya Allah akan menjagaku sampai pagi hari.
Rasulullah SAW lalu bersabda,”Kini apa yang dia sampaikan memang betul namun tetap saja dia sudah berhasil mengelabuimu dengan mengambil harta zakat. Tahukah kau siapa laki yang mendatangimu tiga kali itu?”
Aku menjawab, “Tidak, aku tidak tahu”
Rasulullah SAW kembali bersabda, “Ketahuilah, dia itu setan.” (HR. Bukhari)
Berbicara tentang syetan memang tidak akan habis-habisnya karena memang dari zaman Nabi Adam sampai sekarang syetan selalu menjadi simbol perlawanan bagi manusia terhadap kejahatan. Kalau malaikat merupakan simbol kebaikan maka sebaliknya syetan merupakan symbol kejahatan. Kalau menyimak pengalaman salah seorang sahabat Nabi bernama Abu Hurairah yang diperdaya oleh syetan yang berwujud manusia seperti yang diceritakan dalam tulisan Syetan pun Bisa Hapal Ayat Kursi, padahal Abu Hurairah itu sedang menjalankan perintah Nabi yaitu menjaga harta zakat sudah pasti merupakan bagian dari ibadah lalu bagaimana dengan kita yang hidup di zaman 1400 tahun setelah Nabi, tentu akan lebih mudah lagi diperdaya. Pernahkah kita berfikir jangan-jangan kita telah berulang kali berhubungan dengan syetan tanpa kita sadari atau bisa jadi syetan telah lama bersemayam dalam diri kita juga tanpa kita sadari.
Pepatah lama mengatakan, “Jari telunjuk lurus jari kelingking berkait”, saya lupa persis pepatah tersebut kalau salah kata-katanya tolong dikoreksi, inti nya kita sering kali dengan mudah menuduh orang lain berbuat salah karena sifat dasar manusia itu tidak mau disalahkan, jarang sekali manusia mau mengoreksi diri sendiri, memperbaiki kesalahannya. Tidak ada manusia yang mengatakan, “Dalam diri saya masih banyak Syetannya” pasti dengan mudah kata-kata yang di ucapkan adalah, “kamu itu syetan” atau “kamu penyembah syetan” dan lain-lain kata yang tidak mengenakkan. Seperti hal nya seseorang yang telah mengirim email kepada saya, mula-mula berkenalan, namun setelah mengetahui bahwa antara saya dengan dia berbeda Mursyid dengan serta merta dia menasehati menuduh saya, “hati-hati anda disesatkan oleh Iblis”.
Saya mengucapkan terimakasih karena telah mengingatkan saya, mudah-mudahan atas do’a dan kasih sayang Guru saya yang terus menerus membimbing dan menuntun saya semoga Allah akan selalu menjagakan hati yang lemah ini agar tetap lurus dan tidak tersesat. Kalau yang menulis email kepada saya membaca tulisan ini semoga juga akan terbuka hati nya bahwa di dunia ini Mursyid tidak harus satu dan kita tidak mungkin memaksakan seluruh manusia untuk ber Mursyid kepada satu orang karena begitu banyak nya manusia yang ada dimuka bumi ini. Diperlukan kearifan dan kebijaksanaan kepada kita semua untuk bisa menerima perbedaan, baik dikalangan sesama pengamal Tarekat maupun diluar Tarekat demi memperkuat tali persaudaraan sesama muslim sebagai mana yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
Sufi Muda hadir bukan untuk mengatakan bahwa Mursyid saya yang paling benar dan Mursyid lain salah. Sufi Muda hadir sebagai jembatan penghubung diantara sesama pengamal tasawuf, sesama pengamal Tarekat, sebagai media untuk bisa saling tukar pikiran dan mudah-mudahan bisa saling berbagi kasih sayang yang merupakan ajaran pokok tasawuf yaitu cinta kepada Allah dan cinta kepada sesama makhluk-Nya. Kalau pun saya mengatakan bahwa Guru saya adalah hebat itu merupakan hal yang wajar, sudah pasti setiap murid akan membanggakan Guru nya dan itu merupakan salah satu Adab dalam Tarekat. Yang selalu saya hindari adalah mengatakan Guru Mursyid lain itu salah dan sesat karena itu bukan hak saya. Guru saya selalu berpesan bahwa, “jangan sekali-kali kamu mencaci seorang wali karena itu sama dengan minum racun, niscaya kau akan mati pelan-pelan dan tidak akan beruntung dunia dan akhirat”. Nasehat itu selalu melekat dalam diri saya, karena itu saya berusaha untuk tidak menjelek-kelakkan Tarekat lain apalagi menjelek-jelakkan Guru Mursyid nya. Saya masih ingat cerita Guru saya saat Beliau masih ber Guru, suatu hari Beliau melaporkan kepada Guru nya bahwa ada orang yang ingin belajar Tarekat akan tetapi Guru Beliau tidak mau menerima orang tersebut sebagai murid. Kemudian Guru saya memberanikan diri untuk bertanya kepada Gurunya, “Guru, kenapa dia tidak diterima menjadi murid?” Kemudian Guru Beliau menjawab, “Anakku, dia tidak mungkin bisa menjadi murid wali karena dulu kakeknya adalah orang yang pernah mencaci seorang wali bahkan memusuhinya”.
Kembali ke masalah syetan, kalau syetan bisa masuk kedalam diri manusia dan menyerupai persis seperti manusia tentu syetan juga akan bisa masuk ke dalam air, tanah, pohon, api dan lain-lain, seluruh benda bisa dimasuki dan diserupai oleh syetan. Kalau begitu tidak menutup kemungkinan syetan bisa masuk ke dalam sajadah kita, peci yang kita pakai untuk shalat, kain sarung dan baju, lalu bagaimana kita bisa tahu ada unsur syetan di dalam nya, apa alat pengukur kita?
Disinilah perlunya ilmu Kerohanian yang dikenal dengan Tarekat, karena dengan ilmu syariat tidak akan bisa menyelesaikan problem tersebut. Untuk bisa mendeteksi syetan tentu syarat utama adalah dalam diri kita harus tidak ada unsur syetannya. Bagaimana cara membersihkan unsur syetan dalam diri kita? Bisakah kita sendiri membersihkanya?.
Sayang nya kita tidak bisa membersihkan unsur-unsur syetan yang mengendap-endap dalam dada kita yang sudah ada sejak lahir. Syetan dalam diri kita hanya bisa dihilangkan oleh dimensi yang lebih tinggi yaitu Nur Allah. Dengan Nur Allah tersebut maka segala unsur kejahatan dalam diri kita yang di istilahkan sebagai syetan akan lenyap dan hilang. Dari mana kita bisa mendapatkan Nur Allah sebagai unsur tak terhingga tersebut? Nur Allah dititipkan kedalam diri Rasulullah SAW yang kemudian dikenal dengan Nur Muhammad yang kemudian diteruskan kepada sekalian Para Sahabat dan diteruskan oleh para Aulia Allah para Guru Mursyid yang membawa wasilah berupa Nur Allah dan kemudian disalurkan juga ke dalam dada kita sehingga dengan itulah maka segala unsur kejahatan dalam diri kita akan hilang. Begitu pentingnya ber-wasilah sehingga Allah mewajibkan kepada orang-orang yang beriman untuk mencarinya sebagai mana firman Allah SWt dalam surat al-Maidah, 35 :
“Hai Orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah Wasilah (Jalan, metode, frekwensi yang bisa mendekatkan diri kepada-Nya), dan bersungguh-sungguh lah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat kemenangan/sukses.”
Kalau dalam diri kita masih banyak unsur syetan nya bagaimana mungkin kita bisa menghilangkan syetan yang ada diluar kita, ibarat sebuah komputer yang ber virus tentu tidak akan bisa membersihkan virus, mesti ada program anti virus diluar komputer tersebut yang akan membersihkannya. Kalau dalam diri kita belum dihilangkan unsur-unsur jin sebagaimana yang disebutkan dalam Surat An Naas lalu kita merasa bisa menghilangkan jin diluar kita, mengusir jin di pohon, pemburu hantu dan lain-lain bukankah itu sama dengan iklan yang ada di TV, “Masa Jeruk Minum Jeruk?” “Masa Jin ngusir Jin?” he he he.
Ada baiknya kita menfokuskan diri untuk menghilangkan syetan yang ada dalam diri kita daripada kita sibuk mengurus syetan di luar diri kita. Karena yang bisa menghilangkan syetan itu hanya Nur Allah yang otomatis bagian dari Allah maka yang harus kita cari adalah wasilah yang bisa menghubungkan diri kita dengan Allah agar Nur Allah tersebut bisa tersalur kedalam diri kita. Seluruh wajah manusia bisa ditiru syetan kecuali wajah Rasulullah SAW dan wajah para Guru Mursyid yang dalam dirinya ada Nur Allah. Dengan demikian kalau ingin dada anda dibersihkan dari unsur syetan maka nya carilah Guru Mursyid yang akan menyinari dada anda dengan Nur Ilahi dengan demikian ketika Nur itu terus menerus ber tajalli dalam diri anda secara otomatis syetan tidak akan betah disana. Setelah dada anda terisi dengan Nur Allah, maka secara otomatis rohani anda akan terbawa ke alam yang disekelilingnya hanya ada satu unsur yaitu Nur Allah, itulah Alam Rabbani dimana seorang hamba akan begitu dekat dengan Tuhannya. Semoga Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim berkenan membimbing kita untuk bisa sampai kepada-Nya, Amien Ya Rabbal ‘Alamin.
No comments:
Post a Comment