head

Sunday, December 31, 2017

Akidah sufi Terhadap Rasulullah S.A.W.

http://dapalan.com/Jatm



AKIDAH SUFI TERHADAP RASULULLAH. S.A.W.

Diantara persoalan yang digugat oleh mereka yang anti Tasawuf adalah mengenai akidah kaum Sufi terhadap Rasulullah SAW. Mereka menuduh kaum Sufi bahwa, kaum Sufi berpandangan kalau Rasulullah tidak mencapai martabat dan kondisi para Sufi.

Rasulullah tidak mengetahui ilmu-ilmu para Sufi, sebagaimana ungkapan Abu Yazid al-Busthamy, “Kami menyelami Lautan yang para Nabi sudah berhenti di pantainya…”.

Bahkan Muhammad adalah puncak jagad semesta ini. Arasy, Kursy, Qolam, langit dan bumi diciptakan dari Cahaya Muhammad. Dan Muhammadlah yang pertama Maujud, dan dialah yang bersemayam di Arasy.

JAWABAN

Kenapa mereka yang kontra terhadap dunia Sufi sebegitu dangkal memahami metafor-metafor yang menjadi bahasa khas para Sufi? Sebegitu dangkalkah mereka memahami Al-Qur’an sehingga memiliki tuduhan terhadam kaum Sufi sebagai kelompok yang berpandangan sesat?

Para Sufi sama sekali tidak pernah berpandangan bahwa Rasulullah SAW. tidak mencapai martabat Sufi. Justru sebaliknya Rasulullah adalah tipe ideal Insan Kamil, sebagai puncak paripurna yang tak tertandingi dalam dunia Sufi. Rasulullah adalah teladan utama para Sufi. Rasulullah SAW, adalah panutan secara syari’at maupun hakikat dari para penempuh jalan Sufi. Rasulullah adalah par-exellent yang justru membimbing jiwa-jiwa yang rindu kepada Allah, dan kerinduan kepada Allah secara hakiki hanya dialami oleh para penempuh itu.

Coba jika mereka mau mencoba memahami karya Ibnu Araby maupun Al-Jily yang selama ini mereka tuduh sebagai biangkerok penyimpangan akidah. Mereka tidak memahami bahasa-bahasa hakikat dalam tradisi ilmu Tasawuf, yang mereka gunakan hanyalah akal rasional. Sedangkan wilayah akal rasional itu, tidak mampu menyentuh dunia batin, dunia ruh, dunia Rahasia Ilahi. Obyek rasional hanyalah teori, logika dan aksioma, dan terbukti gagal untuk Ma’rifatullah. Apakah mereka akan terus menerus berkubang dalam Lumpur tipudaya imajiner mereka?

Salah satu contoh betapa mereka dangkal memahami metafora dunia Sufi adalah cara mereka menilai Abu Yazid Al-Bisthamy. Kata-kata Abu Yazid itu bukan sama sekali menunjukkan bahwa Abu Yazid lebih unggul dari para Nabi dan Rasul. Coba renungkan dengan jiwa yang suci, kata-katanya, “Kami menyelami Lautan yang para Nabi sudah berhenti di pantainya…”. Kata-kata ini menunjukkan bahwa para Nabi dan Rasul sudah tuntas menyelami Lautan Ilahi. Nabi dan Rasul sudah sampai ke benuanya, sedangkan Abu Yazid masih mengarunginya.

Abu Yazid sedang mengarungi Lautan demi Lautan Ilahi, Lautan Malakut, Lautan Jabarut dan Lautan Lahut. Bahkan Tujuh Lautan Ilahi yang sedang diarunginya. Para Nabi dan Rasul sudah selesai, sudah sampai ke pantai benuanya, turut memberi syafaat dan mendoakan Abu Yazid dan yang lainnya.

Mengenai Nur Muhammad dan Muhammad sebagai awal wujud, memang benar. Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasul di dunia, yang lahir dalam waktu dan ruang sejarah, tahun tertentu, dan dengan peristiwa historis tertentu, tentu berbeda dengan nama Muhammad yang menjadi awal maujud ini.

Mereka yang kontra dengan dunia Sufi memang tidak memahami apakah sesungguhnya hakikat Nur (Cahaya) itu sendiri. Berapa lapiskah Cahaya Ilahi itu, dan apa bedanya Nurullah dengan Nur Muhammad, apa pula bedanya dengan Nurun alan-Nuur, yang ada di Al-Qur’an itu. Justru para Ulama Sufilah yang bisa menafsirkan secara universal dan tuntas mengenai ayat Cahaya dalam Al-Qur’an itu.

Belum lagi makna dari Kegelapan (Dzulumat), bagaimana wujud dzulumat, apa pula lapisan dzulumat, fakta dzulumat, rekayasa dzulumat dan bagaimana strategi Iblis dan Syetan muncul dari wahana dzulumat?

Dalam hadits disebutkan, “Pertama kali diciptakan adalah An-Nuur”, dan hadits lain menyebutkan, “Awal yang diciptakan Allah adalah al-Qolam…” serta hadits lain berbunyi, “Awal yang diciptakan Allah adalah akal…”

Tiga hadits itu sesungguhnya sama sekali tidak bertentangan. Kalau mereka mau mempelajari Ushul Fiqh saja, akan tahu bagaimana sistematika istimbath manakala ada hadits satu sama lain yang terkesan kontradiktif. Maka ada jalan keluar untuk menyimpulkan secara al-Jam’u (kompromi) atau bersifat nasikh dan mansukh. Tetai hadits tersebut cukup difahami dengan penggunaan metode al-Jam’u, yaitu dengan memahami bahwa Nur, Qolam, Akal, adalah “satu kesatuan dalam keragaman”.

Karena satu kesatuan, Nur, Qolam dan Akal merupakan tiga dimensi yang saling berkelindan, baik secara eksistensial maupun fungsional. Artinya Nur adalah esensi dari akal, dan Akal adalah esensi dari Qolam. Nur adalah rahasia Akal, dan Akal adalah rahasia Qolam, dan Qolam adalah awal ayang membuat Titik dari huruf Nun dalam Kun itu.

Nabi Muhammad SAW dalam hal ini adalah Wujud Paripurna secara ruhani dari seluruh alam semesta, karena itu jika disebutkan dalam ayat Ar-Rahmaanu ‘alal Arsyi Istawa (Yang Maha Rahman bersemayam di Arasy) maka, hakikat Ar-Rahman secara makrokosmos adalah jiwa Muhammad, dan Muhammad adalah penyempurna Ar-Rahman yang termaujud dalam Ar-Rahim. Karena itu dalam Surat At-Taubah, dua ayat terakhir, menyebutkan sifat Nabi Muhammad adalah Ro’ufur Rohiim.

Maka, dengan akal yang dangkal dan pikiran rasional, manusia sering memaksa diri untuk memahami hal-hal yang metafisis, akhirnya malah gagal, lalu berujung menjadi sikap apriori terhadap dunia alam bathiniyah, yang menjadi wilayah hamparan pertumbuhan Cahaya Iman kita. Wallahu A’lam.

Wanita Shalihah bersama suaminya disurga.

http://dapalan.com/Jaz4



WANITA SHALIHAH BERSAMA SUAMINYA DISURGA


Beliau ditanya: setelah masa iddah-ku selesai disebabkan karena suamiku meninggal, ada beberapa orang yang datang melamarku, dan aku enggan menikah agar aku menjadi istri bagi suami pertamaku yang telah meninggal, yang ketika aku bersamanya kami memiliki 3 orang anak.
Alasanku dalam hal ini adalah sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam:

"seorang wanita itu bersama suami terakhirnya."

Dan telah dipraktekkan pula oleh Ummu Darda' radhiallahu anha, apakah aku berdosa jika aku menolak untuk menerima pinangan orang yang telah diridhai agama dan akhlaknya?

Beliau -hafizhahullah- menjawab:

Seorang wanita jika berada dibawah bimbingan seorang suami yang saleh lalu suaminya meninggal, dan si istri terus berstatus sebagai janda setelahnya dan tidak menikah, Allah akan mengumpulkan keduanya di dalam surga, dan jika dia memiliki beberapa suami di dunia, maka dia di dalam surga bersama suami terakhirnya jika mereka sama dalam akhlak dan kesalehannya, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam :

"seorang wanita bersama suami terakhirnya."

(Dikeluarkan Ath-Thabarani dalam "al-mu'jam al-ausath" (3/275),dari hadits Abu Darda' radhiallahu anhu. Hadits ini dishahihkan Al-Albani dalam silsilah Ash-shahihah (3/275)

Seorang wanita jika mengkhawatirkan atas dirinya fitnah atau dia tidak punya kemampuan untuk sendirian dalam mengurusi dirinya dan keperluan anak-anaknya baik dari sisi nafkahnya, dan juga pendidikannya, maka jika ada seorang lelaki yang datang melamarnya yang telah diridhai agama serta akhlaknya, dan lelaki ini punya kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhannya serta nafkah untuk anak-anaknya, maka tidak sepantasnya wanita tersebut menolaknya, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam :

"jika ada orang yang datang kepadamu lelaki yang telah engkau senangi agama dan akhlaknya maka nikahkanlah dia."

(HR.Tirmidzi,kitab annikah,bab: ma jaa' idza jaa'akum man tardhaunadiinahu fazawwijuuhu (1108),Baihaqi, kitab an-nikah,bab: at-targhib fit tazwiij min dzid diin wal khluluq al-mardhi (13863), dari hadits Abu Hatim Al-Muzani radhiallahu anhu, dihasankan Al-Albani dalam al-irwaa' (6/266).)

Dan juga mengamalkan kaedah yang berbunyi:

"menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mendatangkan maslahat."

Jika suami pertama itu setara dengan suami pertamanya yang telah meninggal dalam hal akhlak dan kesalehannya,maka dia (wanita tersebut) bersama yang paling terakhir dari keduanya, namun jika tidak setara maka dia memilih yang paling baik kesalehan dan akhlaknya. Telah datang riwayat yang semakna dengan ini yang kedudukannya lemah dan mungkar dari hadits Ummu Salamah radhiallahu anha, dimana Dia bertanya kepada Nabi Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam tentang seorang wanita yang menikah dengan dua lelaki, tiga dan empat, lalu wanita tersebut meninggal, dan mereka (para suaminya) masuk surga bersamanya, siapakah yang menjadi suaminya? Jawab Rasul Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam:

"wahai Ummu Salamah,dia akan diberi pilihan sehingga dia memilih yang paling baik diantara mereka."

(dikeluarkan Thabarani dalam almu'jam al-kabir (23/367),dan dalam al-ausath (3/279), dari hadits Ummu Salamah radhiallahu anha. Berkata Al-Haitsami dalam "majma' az-zawaaid" (7/255):"diriwayatkan Thabarani dan padanya terdapat seseorang bernama Sulaiman bin Abi Karimah,Dia dilemahkan oleh Abu Hatim dan Ibnu Adi." Juga dilemahkan Al-Albani dalam "dha'if at-targhib wat tarhib" (2/254) . Demikian pula dari hadits Ummu Habibah radhiallahu anha dikeluarkan At-Thabarani dalam "al-kabir" (23/222), Abd bin Humaid dalam musnadnya (1/365). Berkata Al-Haitsami dalam majma' az-zawaaid (8/52) : "diriwayatkan Ath-Thabarani dan Al-Bazzar secara ringkas, padanya terdapat Ubaid bin Ishaq dan dia seorang yang matruk (ditinggal haditsnya), sedangkan Abu Hatim meridhainya, dan dia perawi paling buruk keadaannya."

Hanya saja,mungkin dijadikan sebagai dalil dari keumuman firman Allah Azza wajalla:

"di dalamnya (surga) apa saja yang disenangi oleh jiwa."

(QS.Az-Zukhruf: 71)

Maka dia diberi pilihan sehingga diapun memilih yang dia sukai akhlak dan kesalehannya, sebagaimana faedah yang juga dipetik dari firman-Nya:

"mereka bersama dengan istri-istri mereka dibawah naungan (surga)."

(QS.Yasin: 56)

Dimana seorang wanita bersama dengan yang paling mendekatinya dalam hal agama,akhlak, watak, disebabkan pernikahan yang melahirkan perasaan cinta dan kasih sayang,saling akrab dan saling mencintai, berdasarkan firman Allah Azza wajalla:

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir."

(QS.Ruum:21)

Demikian pula seorang wanita yang masih hidup sendiri dan meninggal dalam keadaan belum sempat menikah, maka dia diberi pilihan sehingga dia memilih siapa yang dia sukai yang lebih mirip dengannya dalam hal tabiat dan akhlak, lalu Allah Azza wajalla mewujudkan apa yang menjadi permintaannya, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa aalihi wasallam:

"tidak ada bujangan di dalam surga."

(dikeluarkan Imam Muslim dalam shahihnya,kitab: al-jannah wa na'imuha, bab: awwalu zumratin tadkhulul jannah… : 4147, dan Ahmad dalam musnadnya (7112) dari hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu)

Dan ilmu ada disisi Allah, dan akhir ucapan kami alhamdulillahi rabbil 'alamin

Shalawat dan salam atas Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, dan saudara-saudaranya hingga hari kiamat.

Al-Jazair,26 dzulqa'dah 1429 H
Bertepatan dengan tanggal: 23 November 2008 M

Alih bahasa:  Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisy hafidzahullah
Sumber: http://www.salafybpp.com/index.php/muslimah/86-wanita-shalihah-bersama-suami-terakhirnya-di-dalam-surga

Nama Tujuh Bidadari Dari Langit

http://dapalan.com/Jb0w


TUJUH BIDADARIKU DARI LANGIT


Berikut ini adalah nama2 dari 7 Bidadari Langit, Bagi siapa yang telah mengetahuinya & mengamalkannya dengan Dzikirullah pada setiap saat dia pasti akan melihat suatu keindahan keajaiban Tuhan-NYA,

AL HAMDU LILLAHI RABBIL WAL JAMAL (Segala Puji Bagi ALLAH Dengan Segala Keindahan-NYA)

Maka orang itu akan merasakan senantiasa suatu keindahan pada setiap langkah perjalanan hidupnya……AMIN.
Nur Ainun Mardhiyyah
Nur Ainun Marwah
Nur Ainun Maysharah
Nur Ainun Mazrah
Nur Ainun Az-zahra
Nur Ainun Jamilah
Nur Ainun Fatimah

Monday, December 25, 2017

Kisah Menjaga Rahasia

http://dapalan.com/Jb5I




Gosip, layaknya sesuatu yang mudah ditemui. Satu rahasia yang semestinya tersimpan rapi pun begitu mudah dibongkar melalui jalan ini. Tak hanya diminati oleh kaum ibu, anak-anak pun banyak menggemarinya. Tatkala duduk-duduk bersama teman, tak jarang berbagai obrolan meluncur tanpa terasa. Sampai hal yang semestinya tak disampaikan pun akhirnya terungkap. Terkadang disertai bumbu, “Ssst…. tapi jangan bilang siapa-siapa ya? Ini rahasia!”
Hal tercela yang dianggap biasa. Orangtua yang mendengar atau menyaksikan anak-anaknya melakukan seperti ini pun tak bereaksi. Wallahul musta’an…
Padahal tidak demikian yang ada dalam kehidupan para pendahulu kita yang shalih. Mereka begitu kukuh memegang sesuatu yang disebut rahasia. Barangkali perlu kita lihat, bagaimana putri Rasulullah ?, Fathimah radhiyallahu ‘anha memegang rahasia sang ayah, sampai waktunya dia bisa mengungkapkannya. Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan:
“Suatu ketika, Fathimah datang berjalan kaki. Cara jalannya amat mirip dengan cara jalan Nabi ?. Nabi ? lantas menyambut, “Selamat datang, wahai putriku!” Lalu beliau membisikkan sesuatu kepadanya. Fathimah pun menangis. Kutanyakan kepadanya, “Mengapaengkau menangis?” Kemudian beliau membisikkan sesuatu lagi kepadanya, lalu dia tertawa. Aku berkata heran, “Tak pernah kulihat kegembiraan yang begitu dekat dengan kesedihan seperti hari ini.” Aku pun bertanya pada Fathimah tentang apa yang dikatakan Nabi?. Fathimah menjawab, “Aku tak akan menyebarkan rahasia Rasulullah ?!” Sampai ketika Nabi ? telah wafat, aku tanyakan kembali hal itu kepadanya (barulah Fathimah menceritakannya).” (HR. Al Bukhari no.3623/3624 dan Muslim no.2450)
Kalau sekarang kita dapati, orangtua yang membiarkan perilaku anaknya menyebarkan rahasia, dulu pada masa shahabat, orangtua justru membimbing anaknya untuk menjaga rahasia. Seorang ibu yang mulia, yang dikenal amat besar semangatnya untuk memberikan kebaikan pada anaknya, Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha, menjadi cermin bagi kita untuk berkaca diri. Diceritakan oleh putranya, Anas bin Malik ?:
“Rasulullah ? pernah mendatangiku ketika aku sedang bermain-main dengan anak-anak yang lain. Beliau memberi salam kepada kami, lalu menyuruhku untuk suatu keperluan, sehingga aku terlambat pulang kepada ibuku. Ketika aku datang, ibuku bertanya, “Apayang membuatmu terlambat?” “Rasulullah ? menyuruhku untuk suatu keperluan,” jawabku. “Apa keperluannya?” tanya ibuku. Aku menjawab, “Itu rahasia.” Ibuku pun mengatakan, “Kalau demikian, jangan engkau beritahukan rahasia Rasulullah ? kepada siapa pun!” (HR. Al Bukhari no.6289 dan Muslim no.2482)
Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan,sebagian ulama mengatakan bahwa sepertinya rahasia itu khusus berkenaan dengan istri-istri Nabi ?. Seandainya rahasia itu berupa ilmu tentu tidak ada celah bagi Anas ? untuk menyembunyikannya.
Al Hafizh rahimahullah juga menukilkan penjelasan Ibnu Baththal rahimahullah bahwa pendapat yang dipegangi oleh ahlul ilmi, rahasia tidak boleh disembunyikan bila mengandung bahaya bagi pemiliknya. Sebagian besar dari mereka berpendapat bila pemilik rahasia itu meninggal, maka tidak harus disembunyikan rahasianya sebagaimana yang harus dilakukan semasa hidupnya, kecuali bila berakibat merendahkan martabatnya. (Fathul Bari, 11/99)
Demikian semestinya. Orangtua harus benar-benar bijak mengajarkan kepada anak-anaknya untuk menjaga rahasia. Tidak setiap hal boleh diberitakan dan tidak setiap rahasia boleh disebarkan. Dengan ini, akan tumbuh kepercayaan masyarakat kepada dirinya di masa mendatang, sebagai seseorang yang dipandang bisa memegang rahasia. Wallähu ta’älä a’lamu bish shawäb.


Tanda-tanda Terkena gangguan jin

http://dapalan.com/Jb8d






TANDA-TANDA TERKENA GANGGUAN JIN


Setiap penyakit dapat dikenali dari gejala-gejala atau tanda-tandanya. Berikut ini saya sebutkan beberapa tanda/gejala orang yang terkena gangguan jin, apapun jenis gangguan jin teresebut.

Tanda-tanda yang saya sebutkan dibawah ini adalah hasil pengamatan, pengalaman menangani pasien. Tidak diperlukan ilmu khusus untuk mengetahui gangguan jin pada diri seseorang. Cukup cermati atau tanda point-point dibawah ini, maka dengan mudah Anda dapat memastikan ada tidaknya gangguan jin pada diri seseorang.

Bagaimana cara menggunakan daftar gejala gangguan jin ini ?

Sederhana, silahkan baca dan cermati satu per satu, lalu perhatikan diri anda atau orang yang akan anda analisa, apakah gejala-gejala ini ada pada diri anda?

Berusahalah untuk sejujur mungkin …

jika ada gejala-gejala tersebut dibawah ini ada pada diri anda, maka kemungkinan besar ada gangguan jin dalam diri anda.

Gejala – gejala Gangguan jin pada manusia

1. Gejala pada waktu tidur :

Susah tidur malam, yaitu tidak bisa tidur kecuali setelah lama/bersusah payah
Susah bangun, yaitu kebanyakan tidur sehingga tidak bisa melakukan ibadah –ibadah yang diinginkan
Cemas, sering terbangun pada waktu malam
Mimpi buruk, mimpi melihat sesuatu yang mengancamnya lalu ingin berteriak minta pertolongan tetapi tidak bisa
Mimpi melihat berbagai binatang seperti : kucing, anjing, tikus, onta, kuda, monyet, serigala, harimau dll
Bunyi gigi geraham beradu pada saat tidur
Tertawa, menangis, teriak, mengomel pada saat tidur
Merintih pada saat tidur
Mimpi seolah-olah jatuh dari tempat yang sangat tinggi
Berdiri dan berjalan dalam keadaan tidur dan tanpa kesadaran
Mimpi berada dalam lingkungan pemakaman,didalam kuburan, tempat sampah atau jalan yang mengerikan
Mimpi melihat orang aneh seperti tinggi sekali, pendek sekali, putih sekali, hitam sekali
Mimpi sangat menyeramkan/melihat hantu
Mimpi denga lawan jenis/sama jenis yang sam berkali-kali dan ingin bertemu dengan orang yang dimimpikan
Mimpi seakan tertindih benda yang sangat berat ( Tidihan-bhs Jawa) dan sulit untuk melepaskan
Mendengkur sangat keras
Mimpi melihat/bertemu dengan keluarga yang sudah mati,melihat mayat
Mimpi berada dalam abad lampau
Mimpi terjadi peristiwa dan keesokan harinya terjadi peristiwa yang sama dalam mimpi

2. Gejala – gejala Pada wktu terjaga

Sering was – was/ketakutan
Suka marah – marah/ emosi tidak terkendali
Dorongan kuat untuk bermaksiat
Lesu dan malas sekali untuk beribadah
Sulit sekali untuk khusu’ dalam sholat ( susah untuk mengingat sudah berapa rokat yang sudah kerjakan )
Suka sekali menghayal, melamun, mengurung diri
Selalu pusing tidak disebabkan oleh penyakit pada kedua mata, telinga, hidung, gigi, tenggorokan atau lambung
Selalu berpaling dari dzikrullah, meninggalkan/meremehkan untuk menegakkan/melakukan sholat dan ketaatan yang lainnya
Pikiran selalu linglung, selalu sedih tanpa sebab, jantung deg-degkan tanpa sebab,kesurupan
Merasa ada yang mengikuti, mengejar ingin membunuh/mengancam, merasa akan kedatangan seseorang/beberapa orang, merasa akan dilamar seseorang, merasa ada yang mengajak bicara, mendengar bisikan – bisikan agar melakukan sesuatu ( membunuh, memperkosa/bersetubuh dengan anggota keluarga, memukul,bunuh diri dengan meloncat sungai/gedung bertingkat/melintasi rel kereta api diwaktu kereta api lewat)
Sering mendengar orang memanggil namanya
Sering mencium bau-bauan : wangi( kembang/bunga, menyan/dupa, busuk, anyir,dll )
Melihat benda – benda seolah – olah bergerak, berputar, terbalik, miring
Melakukan tindakan – tindakan yang aneh/konyol tanpa disadari
tiba-tiba dapat meramal/membaca pikiran orang lain/mengetahui apa yang akan terjadi
Cemas dan Paranoid ( takut yang berlebihan )
Melihat penampakan makhluk halus atau merasakan keberadaan mekhluk halus
Rasa sakit pada salah satu anggota badan namaun setelah periksa ke dokter tidak terdapat penyakit secara medis/dokter tidak sanggup mengobatinya.
 LANGKAH PERTAMA JIKA GANGGUAN JIN TERJADI.

Memanggil Iblis

Abu Sa’id al-Kharraz (w. 277 H/890 M) adalah Sufi terkenal dengan sejumlah karya monumentalnya. Ia berasal dari Baghdad dan berguru pada Dzun Nun al-Mishri dan an-Nabaji, juga berguru kepada Abu Ubaid al-Bishri dan Bishri Ibnu al-Harits.
Suatu hari, al-Kharraz bermimpi bertemu iblis. Iblis kelihatan menjauh darinya. Melihat iblis semakin menjauh lalu al-Kharraz pun memanggilnya.

“Hai Iblis! Kemarilah, apa sebenarnya maumu?,” katanya.
“Apa yang akan kulakukan padamu, sedangkan dirimu telah membuang dari dirimu sendiri, padahal yang kau buang itu bisa kugunakan untuk menipu manusia,” jawab sang Iblis.

“Apa itu?”

“Dunia!”
“Iblis kelihatan sangat segan dengan al-Kharraz, tapi pelan-pelan ia menoleh kepadanya.
“Tapi aku masih punya sesuatu berupa bisikan halus untukmu,” kata Iblis.
“Apa itu?”

“Bergaul dengan orang yang banyak bicaranya.” jawab Iblis.



Syeitanpun Hapal Ayat Kursi

http://dapalan.com/JbCq

SYETANPUN HAPAL AYAT KURSI

Kita semua meyakini bahwa ayat kursi apabila dibaca maka syetan lari terbirit-birit berdasarkan beberapa hadist dan riwayat namun tidak semua orang mau me-riset apakah benar syetan itu lari ketika dibacakan ayat Kursi? Dan apakah ayat Kursi yang kita bacakan sudah memenuhi persyaratan yang diperlukan agar setan bisa hilang? Tentu pertanyaan ini tidak harus dijawab namun yang lebih penting tahukah anda bahwa syetan pun hapal ayat Kursi? Lho kok bisa?!

ini bukan cerita khayalan akan tetapi memang fakta yang terjadi di zaman nabi berikut kisahnya:

Abu Hurairah RA bercerita : Suatu hari Rasulullah SAW menugaskanku untuk menjaga harta zakat pada bulan Ramadhan. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki melihat-lihat makanan dan langsung mengambilnya. Aku lalu menegurnya, “Jangan dulu mengambil, sebelum kusampaikan tentangmu kepada Rasulullah”.

Laki-laki itu menjawab, “Aku sudah berkeluarga dan saat ini betul-betul membutuhkan makanan untuk mereka”. Mendengar itu aku akhirnya mengizinkan dia mengambil makanan itu.

Ketika pagi tiba, Rasulullah bertanya, “Wahai Abu Hurairah, apa yang kau lakukan kemarin?”

Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, seorang laki-laki mengadukan kesusahan keluarganya dan dia memohon harta zakat pada saat itu juga, lalu aku persilahkan dia mengambilnya”.

Rasulullah SAW bersabda kembali, “Dia telah mengelabuimu, wahai Abu Hurairah, dan besok akan kembali lagi”.

Karena tahu dia akan kembali lagi, keesokan harinya aku mengawasi secara teliti dan ternyata betul apa yang disampikan Rasulullah, dia telah berada di ruang harta zakat sambil memilih-milih harta zakat yang terkumpul lalu ia mengambilnya.

Melihat itu, aku berkata kembali, “Jangan kau ambil dulu harta itu sampai ada izin dari Rasulullah SAW”.

Laki-laki itu menjawab, “Aku betul-betul sangat membutuhkan makanan itu sekarang, keluargaku kini sedang menunggu menahan lapar. Aku berjanji tidak akan kembali lagi esok hari.” Mendengar itu, aku merasa kasihan dan akhirnya aku persilahkan kembali dia mengambil harta zakat.

Keesokan harinya Rasulullah bertanya kembali, “Apa yang kau lakukan kemarin, wahai Abu Hurairah?”

Aku menjawab, “Orang kemarin datang lagi dan meminta harta zakat. Karena keluarganya sudah lama menunggu kelaparan, akhirnya aku kembali mengizinkan dia mengambil harta zakat tersebut.”

Mendengar itu, Rasul bersabda kembali, “Dia telah membohongimu dan besok akan kembali untuk yang ke tiga kalinya.”

Besoknya ternyata laki-laki itu kembali lagi. Seperti biasanya, dia mengambil harta zakat yang telah terkumpul di dalam gudang. Melihat itu, kembali aku menegur, “Janan mengambil dahulu, aku akan memohon izin kepada Rasulullah SAW terlebih dahulu. Bukankah kau berjanji tidak akan kembali lagi, tapi kenapa kini kembali juga?”

Laki-laki itu menjawab, “Izinkanlah untuk terakhir kalinya aku mengambil harta zakat ini dan sebagai imbalan aku akan ajarkan kepadamu sebuah kalimat yang apabila kamu membacanya, Allah akan selalu menjagamu dank au tidak akan disentuh dan didekati oleh setan sehingga pagi hari”.

Aku tertarik dengan ucapannya. Aku pun menanyakan kalmat apa itu. Dia menjawab, “Apabila kau hendak tidur, jangan lupa membaca Ayat Kursi terlebih dahulu karena dengannya Allah akan menjagamu dan kau tidak akan didekati setan hingga pagi tiba.” Kali inipun aku mengizinkannya mengambil harta zakat.

Keesokan harinya Rasulullah kembali menanyakan apa yang telah kulakukan kemarin dan kukatakan, “Ya Rasulullah, aku terpaksa membolehkannya kembali mengambil harta zakat setelah dia mengajarkanku kalimat yang sangat bermanfaat dan berfaedah.”

Rasul bertanya, “kalimat apa yang diajarkannya?”

Aku menjawab bahwa dia mengajarkan ayat Kursi dari awal sampai akhir dan dia katakana bahwa kalau aku membacanya Allah akan menjagaku sampai pagi hari.

Rasulullah SAW lalu bersabda,”Kini apa yang dia sampaikan memang betul namun tetap saja dia sudah berhasil mengelabuimu dengan mengambil harta zakat. Tahukah kau siapa laki yang mendatangimu tiga kali itu?”

Aku menjawab, “Tidak, aku tidak tahu”

Rasulullah SAW kembali bersabda, “Ketahuilah, dia itu setan.” (HR. Bukhari)

Berbicara tentang syetan memang tidak akan habis-habisnya karena memang dari zaman Nabi Adam sampai sekarang syetan selalu menjadi simbol perlawanan bagi manusia terhadap kejahatan. Kalau malaikat merupakan simbol kebaikan maka sebaliknya syetan merupakan symbol kejahatan. Kalau menyimak pengalaman salah seorang sahabat Nabi bernama Abu Hurairah yang diperdaya oleh syetan yang berwujud manusia seperti yang diceritakan dalam tulisan Syetan pun Bisa Hapal Ayat Kursi, padahal Abu Hurairah itu sedang menjalankan perintah Nabi yaitu menjaga harta zakat sudah pasti merupakan bagian dari ibadah lalu bagaimana dengan kita yang hidup di zaman 1400 tahun setelah Nabi, tentu akan lebih mudah lagi diperdaya. Pernahkah kita berfikir jangan-jangan kita telah berulang kali berhubungan dengan syetan tanpa kita sadari atau bisa jadi syetan telah lama bersemayam dalam diri kita juga tanpa kita sadari.

Pepatah lama mengatakan, “Jari telunjuk lurus jari kelingking berkait”, saya lupa persis pepatah tersebut kalau salah kata-katanya tolong dikoreksi, inti nya kita sering kali dengan mudah menuduh orang lain berbuat salah karena sifat dasar manusia itu tidak mau disalahkan, jarang sekali manusia mau mengoreksi diri sendiri, memperbaiki kesalahannya. Tidak ada manusia yang mengatakan, “Dalam diri saya masih banyak Syetannya” pasti dengan mudah kata-kata yang di ucapkan adalah, “kamu itu syetan” atau “kamu penyembah syetan” dan lain-lain kata yang tidak mengenakkan. Seperti hal nya seseorang yang telah mengirim email kepada saya, mula-mula berkenalan, namun setelah mengetahui bahwa antara saya dengan dia berbeda Mursyid dengan serta merta dia menasehati menuduh saya, “hati-hati anda disesatkan oleh Iblis”.

Saya mengucapkan terimakasih karena telah mengingatkan saya, mudah-mudahan atas do’a dan kasih sayang Guru saya yang terus menerus membimbing dan menuntun saya semoga Allah akan selalu menjagakan hati yang lemah ini agar tetap lurus dan tidak tersesat. Kalau yang menulis email kepada saya membaca tulisan ini semoga juga akan terbuka hati nya bahwa di dunia ini Mursyid tidak harus satu dan kita tidak mungkin memaksakan seluruh manusia untuk ber Mursyid kepada satu orang karena begitu banyak nya manusia yang ada dimuka bumi ini. Diperlukan kearifan dan kebijaksanaan kepada kita semua untuk bisa menerima perbedaan, baik dikalangan sesama pengamal Tarekat maupun diluar Tarekat demi memperkuat tali persaudaraan sesama muslim sebagai mana yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Sufi Muda hadir bukan untuk mengatakan bahwa Mursyid saya yang paling benar dan Mursyid lain salah. Sufi Muda hadir sebagai jembatan penghubung diantara sesama pengamal tasawuf, sesama pengamal Tarekat, sebagai media untuk bisa saling tukar pikiran dan mudah-mudahan bisa saling berbagi kasih sayang yang merupakan ajaran pokok tasawuf yaitu cinta kepada Allah dan cinta kepada sesama makhluk-Nya. Kalau pun saya mengatakan bahwa Guru saya adalah hebat itu merupakan hal yang wajar, sudah pasti setiap murid akan membanggakan Guru nya dan itu merupakan salah satu Adab dalam Tarekat. Yang selalu saya hindari adalah mengatakan Guru Mursyid lain itu salah dan sesat karena itu bukan hak saya. Guru saya selalu berpesan bahwa, “jangan sekali-kali kamu mencaci seorang wali karena itu sama dengan minum racun, niscaya kau akan mati pelan-pelan dan tidak akan beruntung dunia dan akhirat”. Nasehat itu selalu melekat dalam diri saya, karena itu saya berusaha untuk tidak menjelek-kelakkan Tarekat lain apalagi menjelek-jelakkan Guru Mursyid nya. Saya masih ingat cerita Guru saya saat Beliau masih ber Guru, suatu hari Beliau melaporkan kepada Guru nya bahwa ada orang yang ingin belajar Tarekat akan tetapi Guru Beliau tidak mau menerima orang tersebut sebagai murid. Kemudian Guru saya memberanikan diri untuk bertanya kepada Gurunya, “Guru, kenapa dia tidak diterima menjadi murid?” Kemudian Guru Beliau menjawab, “Anakku, dia tidak mungkin bisa menjadi murid wali karena dulu kakeknya adalah orang yang pernah mencaci seorang wali bahkan memusuhinya”.

Kembali ke masalah syetan, kalau syetan bisa masuk kedalam diri manusia dan menyerupai persis seperti manusia tentu syetan juga akan bisa masuk ke dalam air, tanah, pohon, api dan lain-lain, seluruh benda bisa dimasuki dan diserupai oleh syetan. Kalau begitu tidak menutup kemungkinan syetan bisa masuk ke dalam sajadah kita, peci yang kita pakai untuk shalat, kain sarung dan baju, lalu bagaimana kita bisa tahu ada unsur syetan di dalam nya, apa alat pengukur kita?

Disinilah perlunya ilmu Kerohanian yang dikenal dengan Tarekat, karena dengan ilmu syariat tidak akan bisa menyelesaikan problem tersebut. Untuk bisa mendeteksi syetan tentu syarat utama adalah dalam diri kita harus tidak ada unsur syetannya. Bagaimana cara membersihkan unsur syetan dalam diri kita? Bisakah kita sendiri membersihkanya?.

Sayang nya kita tidak bisa membersihkan unsur-unsur syetan yang mengendap-endap dalam dada kita yang sudah ada sejak lahir. Syetan dalam diri kita hanya bisa dihilangkan oleh dimensi yang lebih tinggi yaitu Nur Allah. Dengan Nur Allah tersebut maka segala unsur kejahatan dalam diri kita yang di istilahkan sebagai syetan akan lenyap dan hilang. Dari mana kita bisa mendapatkan Nur Allah sebagai unsur tak terhingga tersebut? Nur Allah dititipkan kedalam diri Rasulullah SAW yang kemudian dikenal dengan Nur Muhammad yang kemudian diteruskan kepada sekalian Para Sahabat dan diteruskan oleh para Aulia Allah para Guru Mursyid yang membawa wasilah berupa Nur Allah dan kemudian disalurkan juga ke dalam dada kita sehingga dengan itulah maka segala unsur kejahatan dalam diri kita akan hilang. Begitu pentingnya ber-wasilah sehingga Allah mewajibkan kepada orang-orang yang beriman untuk mencarinya sebagai mana firman Allah SWt dalam surat al-Maidah, 35 :

“Hai Orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah Wasilah (Jalan, metode, frekwensi yang bisa mendekatkan diri kepada-Nya), dan bersungguh-sungguh lah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat kemenangan/sukses.”

Kalau dalam diri kita masih banyak unsur syetan nya bagaimana mungkin kita bisa menghilangkan syetan yang ada diluar kita, ibarat sebuah komputer yang ber virus tentu tidak akan bisa membersihkan virus, mesti ada program anti virus diluar komputer tersebut yang akan membersihkannya. Kalau dalam diri kita belum dihilangkan unsur-unsur jin sebagaimana yang disebutkan dalam Surat An Naas lalu kita merasa bisa menghilangkan jin diluar kita, mengusir jin di pohon, pemburu hantu dan lain-lain bukankah itu sama dengan iklan yang ada di TV, “Masa Jeruk Minum Jeruk?” “Masa Jin ngusir Jin?” he he he.

Ada baiknya kita menfokuskan diri untuk menghilangkan syetan yang ada dalam diri kita daripada kita sibuk mengurus syetan di luar diri kita. Karena yang bisa menghilangkan syetan itu hanya Nur Allah yang otomatis bagian dari Allah maka yang harus kita cari adalah wasilah yang bisa menghubungkan diri kita dengan Allah agar Nur Allah tersebut bisa tersalur kedalam diri kita. Seluruh wajah manusia bisa ditiru syetan kecuali wajah Rasulullah SAW dan wajah para Guru Mursyid yang dalam dirinya ada Nur Allah. Dengan demikian kalau ingin dada anda dibersihkan dari unsur syetan maka nya carilah Guru Mursyid yang akan menyinari dada anda dengan Nur Ilahi dengan demikian ketika Nur itu terus menerus ber tajalli dalam diri anda secara otomatis syetan tidak akan betah disana. Setelah dada anda terisi dengan Nur Allah, maka secara otomatis rohani anda akan terbawa ke alam yang disekelilingnya hanya ada satu unsur yaitu Nur Allah, itulah Alam Rabbani dimana seorang hamba akan begitu dekat dengan Tuhannya. Semoga Allah Yang Maha Rahman dan Maha Rahim berkenan membimbing kita untuk bisa sampai kepada-Nya, Amien Ya Rabbal ‘Alamin.